Mohon tunggu...
Khoirul Muttaqin
Khoirul Muttaqin Mohon Tunggu... Wiraswasta - IG: @bukutaqin

Halo 🙌 Semoga tulisan-tulisan di sini cukup bagus untuk kamu, yaa 😘🤗

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebuah Kunci dengan Gantungan Panda

6 April 2022   07:19 Diperbarui: 6 April 2022   07:19 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku harus bagaimana, Tuhan!

Adam ..., kamu ke mana, adam! Bukankah kita akan wisuda besok. Apakah aku tidak akan bisa wisuda? Tidak! Aku harus mencari cara melarikan diri. Tuhanku, tolong carikan jalan buatku.

Lelaki itu semakin mendekat setelah sampai di lantai dua. Jaraknya hanya sekitar sepuluh meter lagi. Aku benci mengatakannya. Mendengarkan perbincangan mereka berdua telah membuat nyaliku semakin ciut. Sial.

Lari ..., lari ..., aku harus mencari cara lari!

Kunci! Di mana tas milikku? 

Mataku menyapu keadaan.

Tuhan, tas ku tertinggal di dalam kamar setelah lelaki ini menendangku tadi. Tidak mungkin aku berlari ke dalam kamar.

Dengan tiba-tiba, suara gelas terdengar jatuh dan pecah di lantai satu. Hal itu membuat kami bertiga kaget. Mereka berdua sama-sama menghela napas setelah melihat kucing putih bergerak di sebelah prcahan gelas. Penyebab suara itu adalah kucing yang saat ini berjala pergi tanpa rasa bersalah.

Namun aku kaget dengan caraku sendiri. Dengan cepat, aku mendengar pecahan gelas sebagai peluang untuk lolos! Tanganku mengamankan tangan kanan lelaki yang sejak tadi menyiksaku. Dia tidak bisa menusuk tubuhku dengan pisaunya. Dan terlihat kaget untuk kedua kalinya berturut-turut! Sebelum lelaki itu beraksi, dengkul kakiku telah kulayangkan ke alat vitalnya! Bag! Bag! Bergantian dengan melayangkan ujung kakiku ke vitalnya setelah dia tersungkur, dan setelah kedua jariku mencolok matanya!

Ia meronta kesakitan, pasti! Tanganku berhasil meraih pisau dari tangannya, dan sebelum orang bernama Tom itu mendekat. Aku melompat dari lantai dua langsung ke lantai satu tanpa peduli jaraknya yang tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun