Ingatan-ingatan lama datang dengan sangat kuat kepadaku. Air mata tumpah untuk kesekian kalinya.
...
Bahkan aku sampai tidak sadar jika Neko telah pergi dari rumah.
Untuk waktu yang sangat lama. Hanya kesunyian yang aku rasakan.
Hingga berjam-jam kemudian setelah tangisku mulai reda. Saat tubuhku mulai kuat bisa bangkit dari keadaan yang pahit. Aku mulai mendengar suara-suara Clara yang sejak tadi mengajak bicara.
"Shelly, kamu pasti kuat. Tidak ada yang terjadi padamu. Semua akan baik-baik saja," suara Clara terdengar lagi.
Pada keadaan seperti ini, masih saja kamu berusaha menghiburku, Ra. Membuatku tidak yakin apakah kamu benar-benar sudah meninggal.
Aku berusaha menanggapi ajakan Clara berbicara. Setelah gagal mendapatkan karcis yang ia berikan padaku. Menatapnya dengan perasaan duka, yang tak mungkin bisa aku gambarkan.
Namun bukan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ia ajukan sejak tadi. Bukan pula menanggapi kata-katanya yang berusaha menenangkan. Aku sudah sampai di titik tidak peduli selain satu hal.
"Siapa yang tega membunuhmu?" ucapku.
Hening malam sempat terasa lagi saat itu. Dengan teriakan jantung yang semakin keras saat aku menguatkan diri untuk bertanya. Bahkan bibirku bergetar begitu kuat, bersamaan dengan tubuh yang melemah perlahan. Sunyi dan berisik bersatu dalam sama waktu.