Untuk kasus BEM UI - sebagai contoh, selepas acara dies natalis itu sebetulnya Jokowi sudah menyediakan waktu khusus untuk berdialog dengan mahasiswa, tetapi BEM UI lebih mengedepankan melakukan insiden kartu kuning dan hal ini malah berakibat Presiden membatalkan acara pertemuan tersebut. Berdasarkan kasus ini, seyogyanya memang kurang tepat disebut sulit mau bertemu/berdialog dengan Presiden. Whose fault is this, ya?
Harapan saya selanjutnya, kembali, gunakan data dan referensi yang akurat (berdasarkan kondisi lapangan) untuk menghindari penyampaian yang dapat menjadi hanya didasari kepada prasangka buruk saja. Ingat lho, mahasiswa itu bukan oposan (berada seperti dalam posisi partai oposisi). Mahasiswa adalah calon-calon agen perubahan yang (harus) bersifat analis krits. Sehingga apa yang dilakukannya dapat dipertanggung jawabkan dan bukan malah menjadi bahan tertawaan. Dengan mahasiswa tetap menjadi mahasiswa yang kritis ini, dan bukan oposan, mahasiswa akan lebih mendapat acungan jempol dan apresiasi dari banyak pihak dan membuktikan bahwa kalian memang mahasiswa dan bukan oposan.
Semoga bermanfaat.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H