Mohon tunggu...
Budi Wahyuningsih
Budi Wahyuningsih Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia di SMK Negeri 2 Temanggung dan mendapat tugas tambahan sebagai Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum

Hobi memasak, membaca novel petualangan dan misteri, traveling, dan bertanam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bukan Upik Abu

23 Maret 2024   10:14 Diperbarui: 23 Maret 2024   10:23 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Wah.. Pik ini skripsi apa kliping kok pakai ditempel-tempel segala?" Tanya Pak Fathur.

"Maaf Pak....saya tidak sempat ,mengetik ulang, karena bagian itu tidak ada yang salah, terpaksa saya potong, tempel, dan gabung dengan ketikan yang baru," jawabku memelas.

"Ha....ha...kamu ini ada-ada saja!" Aku pun sukses membuat Pak Fathur tertawa dengan kekonyolanku itu.

Sampai pada hari penentuan, sidang ujian skripsi dengan penguji utama Dr. Dandan yang terkenal killer. Beliau jago statistik sementara pengetahuanku tentang statistik bisa dikatakan hampir 0. Ujian skripsi seperti penentuan hidup dan mati para mahasiswa.  Badanku dingin, kuhadirkan wajah ibuku di pelupuk mataku sebagai penguat jiwa.

Menit demi menit berlalu, pertanyaan demi pertanyaan terjawab dengan lancar. Saat dewan sidang memutuskan aku lulus dengan revisi, tubuhku ringan seperti kapas seolah-olah mau melayang. Beruntung aku tidak limbung dan jatuh pingsan. Perasaan bahagia, haru, dan lega bercampur jadi satu. Tak kuasa aku menahan tangis...pecah tangisku setelah aku keluar dari ruang sidang. Segala sumbatan di dada kutumpahkan lewat tangisan, pelukan hangat sahabatku meredakan tangisku.

"Selamat Pik, kamu sudah jadi Sarjana Pendidikan!" suara yang tak asing terdengar olehku.

"Dhimas...!" aku tergagap dalam rasa yang sulit kuungkapkan. Ingin kupeluk sosok di hadapanku ini tapi aku tak kuasa melakukannya. Lidahku kelu untuk menjawab ucapan selamatnya. 'Maafkan aku Dhim....'

         Diana Palupi Indah Sari, S.Pd. nama itu tertera di ijazah IKIP Negeri Semarang tahun 1999. Meski tidak menjadi yang terbaik di jurusan, urutan ke-2 cukuplah bagiku. Kulihat bibir ibu mengembang, senyum bahagia menghiasi wajahnya. Senyum dan pelukan yang selalu kurindukan. Samar-samar kulihat sesosok memandang kami dari kejauhan. Maaf Dhimas, senyum ini belum bisa kuberikan padamu.... Aku bukanlah "Upik Abu" dan kamu bukanlah "Pangeranku".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun