Hari ini saya menjadi panitia dalam seminar Bijak Bermedsos dengan peserta lebih dari 700 pegawai. Salah satu narasumber yang hadir dalam acara ini adalah Wishnutama, CEO Net Media. Â Dengan segala kreativitasnya, Wishnutama bisa membuat net media menjadi salah satu media yang ditonton anak muda dan membuat pesta pembukaan dan penutupan ASIAN Games yang banyak mendapatkan Apresiasi. Â
Apa ya rahasia pak Tama bisa kreatif? Â
Pertama, ketika ditanya biasanya orang seni atau kreatif memiliki gaya yang tidak bisa diatur, berpakaian seadanya dengan gaya rambut gondrong, hal ini tidak berlaku untuk pak Tama dan timnya. Bagi pak Tama, kreativitas tidak ada hubungannya dengan berpakaian sembarangan. PR-nya adalah bagaimana pakaian tersebut nyaman dipakai, dan kekinian.
Sebelum di Net TV, pak Tama mendesain seragam Trans TV yang berwarna hitam dan banyak menjadi rujukan. Begitu pula ketika memimpin Net TV. Pak Tama berusaha membuat seragam Net senyaman mungkin dan kekinian. Lalu didesain dengan celana kaki dan sepatu boots. Dan pegawai juga merasa nyaman.
Dilihat oleh orang banyak pegawai Net TV memakai seragam bagus, dan membuat mereka juga bangga. Bahkan banyak anak muda yang ingin bekerja di Net TV. Terbukti ketika dibuka pendaftaran, ada lebih dari 60 ribu anak muda yang rela mengantri untuk bergabung dengan Net TV. Ini membuktikan bahwa anggapan selama ini mengatur anak muda itu susah terbantahkan..
Memanage milenial mudah
Memimpin anak muda, yang lebih senior harus bisa mengikuti perkembangan yang ada, misalnya tidak harus rapat untuk memutuskan segala sesuatu. Ada media sosial yang bisa menjadi platform untuk pengambilan keputusan.
Intinya, kita harus melihat ada perubahan zaman di era disrupsi ini. Sudah bukan zamannya lagi senior atau masa lalu adalah yang paling benar. Hilangkanlah study case bahwa senior yang paling benar, dan masa lalu menjadi patokan untuk diimplementasikan di masa mendatang. Â
Inti memimpin anak milenial, banyak yang harus berubah : Â dari one way communication ke two way communication. Â
Meskipun pola pikir banyak berubah, tetapi tidak untuk wisdom : rajin, semangat dll.
Fungsi generasi senior adalah mengatur wisdom, bukan cara menjalankannya. Untuk bagaimana caranya, anak muda banyak yang lebih jago dengan platform mereka. Sebagai senior, yang ditanamkan adalah Pak Tama pimpinan jangan masuk yang printilan, fokus ke visi dan mengulang-ulang wisdom perusahaan.
Contoh teknis adalah ketika kerja sama dengan sebuah institusi, pimpinannya meminta mengundang artis zaman tahun 80an yang menurut pimpinan tersebut sudah yang terhebat. Ini sudah terlalu teknis dan harusnya anak muda lah yang seharusnya memutuskan siapa bintang tamu yang akan diundang untuk disesuaikan dengan target audience nya.
Demikian juga anak sekarang tidak bisa diatur untuk hanya melihat dengan satu channel. Kalau dulu, Bapak bisa memaksakan anaknya untuk melihat acara televisi bersama dan channel yang dipilih sesuai keinginan orang tua. Seisi rumah ikut nonton semua. Sekarang, anak bisa saja diajak nonton tv bersama, tapi mereka punya second screen. Anak sekarang itu multi screen. Secara fisik bisa bersama, tapi kalau tidak suka, mereka akan mudah berpindah channel.
Membuat Kreatif Â
Inti dari sebuah penyampaian informasi kepada masyarakat adalah bagaimana menyederhanakan permasalahan rumit. Belum tentu informasi yang disampaikan merupakan bidang kita. Jangan lelah belajar hal baru.
Pak Tama sendiri adalah sarjana dari The Military College of Vermont, Norwich University. Keilmuan yang jauh berbeda dengan dunianya sekarang. Menurut Pak Tama. pendidikan sarjana adalah pendidikan pola pikir dan pada akhirnya pengembangannya bebas-bebas sesuai passion dan jenis pekerjaan.
Untuk bisa kreatif, Pak Tama biasanya berfikir berbeda dengan orang lain. Di awal bekerja, hal ini membuat banyak orang tidak suka. Namun, di awal berkarir, ada pimpinan yang bisa menerima perbedaan pikiran Pak Tama yang anti mainstream dan menjadi pertimbangan tentang sebuah pikiran baru. Â
Berpikir berbeda dengan orang lain juga diterapkan di Net Media. Kalau sinetron, sudah banyak disuguhkan oleh media lain. Dan pemirsa sudah ada mindset tentang isi dan alur cerita sebuah sinetron. Demikian juga dengan acara horor, YKS dll yang sudah biasa ditampilkan televisi. Â
Keterbatasan Menjadi Kesempatan
Selain berfikir anti mainstream, proses kreativitas pak Tama adalah karena adanya keterbatasan yang membuat harus berfikir agar tujuan tetap tercapai di tengah keterbatasan.
Salah satu contoh adalah pada saat membuat opening ceremony asian games. Konsep gunung yang ditampilkan pak Tama, ada cerita di balik layarnya. Â "saya buat desain gunung meskipun banyak yg menghujat di awal, sekarang banyak yang memuji." Ujar Pak Tama. Â
Pembuatan desain gunug diawali karena keterbatasan Stadion Gelora Bung Karno yang atapnya hanya bisa muat mengangkat beban 79.000 ton padahal biasanya untuk stadion internasional paling tidak bisa 120.000 ton.
Dengan keterbatasan tersebut membuat Pak Tama berfikir ulang. Proses lobi untuk menambah kapasitas sudah dikomunikasikan dengan beberapa Kementerian, tetapi tidak bisa. Terlebih, GBK merupakan bangunan lama yang didirikan tahun 1962.
Fungsi kapasitas ini adalah untuk menggantung dan angkat beban lighting dll. Berdasarkan satu dan lain hal tidak memungkinkan meningkatkan beban atap GBK dari biaya dan sistem karena bangunan lama.
Karena sulit membuat lighting sebuah objek, agar keren solusinya adalah mengangkat objek membuat gunung untuk pemain.
Contoh lain keterbatasan menjadi peluang adalah pada saat pertama kali net tv launching, namun jumlah wartawan sangat terbatas. Sebagaimana kita ketahui, fungsi wartawan sebagai ujung tombak sumber berita sangatlah penting. Solusinya, dibuatlah citizen journalism application 6 tahun yang lalu.
Bagi Pak Tama, setiap orang bisa menjadi jurnalis dengan mengirimkan video pendek. Awalnya, kualitas video dan liputannya masih kurang memuaskan, dan cenderung hancur. Namun, dalam aplikasi disertai tutorial dan pelatihan, serta para citizen jurnalis diberikan insentif. Hasilnya, wartawan Net TV diklaim paling banyak sedunia, dengan 1 juta active subscriber. Â
Inilah contoh-contoh keterbatasan yang menjadi peluang, sementara orang kadang mengeluhkan keterbatasan, tapi bagi pak Tama, ini menjadikan sebagai kesempatan untuk berfikir.
Induksi Visi
Bagaimana membuat milenial tetap enjoy dengan gaya Net yang sopan? Bukan hanya acara Televisi dengan syiar agama saja. Pagi acara syiar, dan siangnya acara ghibah.
Menurut Pak Tama, syiar harus 24 jam. Acara tidak hanya untuk mendikte pemirsa, namun juga untuk mengedukasi. Oleh karena itu, anak kecil juga bisa melihat Net meskipun di malam hari. Be fair dan be balance harus menjdi visi sebuah media.Â
Bagaimana dengan karyawan? Pak Tama selalu menekankan pola pikir dan vision. Bukan hanya aturan tapi juga menekankan visi  perusahaan itu apa. Pak Tama rajin mengulang dan bahkan kadang one on one dengan pegawai. Bahkan di awal pendirian Net, pak Tama setiap hari mengulang visi kepada karyawan, bahkan juga ke client.
Hasilnya, tidak hanya karyawan yang memahami visi Net, namun juga pemirsa. Kalau Net membuat program yang tidak sesuai dengan visi Net, maka akan banyak anak muda yang protes baik telepon langsung, maupun posting di media sosial. Kalau visi sudah ditanamkan dengan baik, orang akan protes ini tidak net banget.
Awal membuat Medsos
Pada awalnya, pak Tama belum terlalu memahami kekuatan sebuah media sosial. Kisah dimulai ketika 7 tahun yang lalu terjadi twit war antara Luna Maya dengan salah satu broadcaster senior Trans. Masing-masing mengeluhkan postingannya. Dan Pak Tama berusaha menjadi penengah. Ketika ditanya apa mereka sudah saling kenal, ternyata belum. Setelah diskusi dan luna masih menangis, pak Tama minta dibuatkan akun twitter oleh Luna Maya. Â Disinilah kisah dibuatkan akun twitter dimulai.
Setelah itu, pak Tama sekali-kali posting, Â dan suatu saat setelah mengajar di rawamangun dan hujan deras jalanan macet. Pak Tama lalu memutuskan turun mobil dan jalan. Sepanjang perjalanank, kemacetan jalan difoto dan diposting di twitter.
Sampai gerbang trans tv, banyak pegawai yang mengkonfirmasikan kejadian kemacetan dan jalan kaki hingga trans. Konfirmasi dimulai sejak masuk gerbang, masuk gedung sampai depan ruangan. Disini pak Tama baru sadar kekuatan sebuah media sosial, dan menjadi titik awal media sosial sebagai sarana untuk memberikan motivasi kepada karyawan trans. Â
Proses yang terjadi secara tidak sengaja menjadikan perubahan gaya komunikasi pak Tama. Lalu, pak Tama mempelajari apa itu dunia digital dan segala keunikannya. Kadang pak Tama pernah salah posting juga ketika sedang dalam keadaan marah. Pesan pak Tama, kalau sedang marah jangan membuka sosial media, karena perasaan kita bisa tercurah di sosmed dan ini berbahaya.
Jangan buru-buru
Di net tv pak Tama selalu menekankan visi. Apapun yg dilakukan itu represent company. Bahkan karyawan yang sudah resign pun akan dikaitkan dengan tempat bekerja sebelumnya. Mari jadikan sosmed sebagai sarana untuk mengamplifikasi channel, value, dan program instansi. Semua akan menjadi duta mengomunikasikan dimana kita kerja. We become the ambassador.
Rasa tanggung jawab itu harus ada di benak
Perlu diingatkan dan ditekankan kembali, bahwa siapapun kita akan represent company. Sebenarnya bukan hanya di sosmed, tapi di tingkah laku sehari-hari juga sama.
Apapun latar belakang kita, untuk keahlian teknis sifatnya ilmu yang standar bisa dipelajari, namun kalau value dan visi akan menjadi tanggung jawab yang lebih besar, dan akan menentukan karir kita ke depan. Mau apapun institusinya, kita harus selalu menjaga value dan visi, dan ini akan menjadikan sebuah tanggung jawab.
Ingat, meskipun cara dan channel bisa berbeda, namun wisdom tidak akan terdesrupsi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H