Awal membuat Medsos
Pada awalnya, pak Tama belum terlalu memahami kekuatan sebuah media sosial. Kisah dimulai ketika 7 tahun yang lalu terjadi twit war antara Luna Maya dengan salah satu broadcaster senior Trans. Masing-masing mengeluhkan postingannya. Dan Pak Tama berusaha menjadi penengah. Ketika ditanya apa mereka sudah saling kenal, ternyata belum. Setelah diskusi dan luna masih menangis, pak Tama minta dibuatkan akun twitter oleh Luna Maya. Â Disinilah kisah dibuatkan akun twitter dimulai.
Setelah itu, pak Tama sekali-kali posting, Â dan suatu saat setelah mengajar di rawamangun dan hujan deras jalanan macet. Pak Tama lalu memutuskan turun mobil dan jalan. Sepanjang perjalanank, kemacetan jalan difoto dan diposting di twitter.
Sampai gerbang trans tv, banyak pegawai yang mengkonfirmasikan kejadian kemacetan dan jalan kaki hingga trans. Konfirmasi dimulai sejak masuk gerbang, masuk gedung sampai depan ruangan. Disini pak Tama baru sadar kekuatan sebuah media sosial, dan menjadi titik awal media sosial sebagai sarana untuk memberikan motivasi kepada karyawan trans. Â
Proses yang terjadi secara tidak sengaja menjadikan perubahan gaya komunikasi pak Tama. Lalu, pak Tama mempelajari apa itu dunia digital dan segala keunikannya. Kadang pak Tama pernah salah posting juga ketika sedang dalam keadaan marah. Pesan pak Tama, kalau sedang marah jangan membuka sosial media, karena perasaan kita bisa tercurah di sosmed dan ini berbahaya.
Jangan buru-buru
Di net tv pak Tama selalu menekankan visi. Apapun yg dilakukan itu represent company. Bahkan karyawan yang sudah resign pun akan dikaitkan dengan tempat bekerja sebelumnya. Mari jadikan sosmed sebagai sarana untuk mengamplifikasi channel, value, dan program instansi. Semua akan menjadi duta mengomunikasikan dimana kita kerja. We become the ambassador.
Rasa tanggung jawab itu harus ada di benak
Perlu diingatkan dan ditekankan kembali, bahwa siapapun kita akan represent company. Sebenarnya bukan hanya di sosmed, tapi di tingkah laku sehari-hari juga sama.
Apapun latar belakang kita, untuk keahlian teknis sifatnya ilmu yang standar bisa dipelajari, namun kalau value dan visi akan menjadi tanggung jawab yang lebih besar, dan akan menentukan karir kita ke depan. Mau apapun institusinya, kita harus selalu menjaga value dan visi, dan ini akan menjadikan sebuah tanggung jawab.
Ingat, meskipun cara dan channel bisa berbeda, namun wisdom tidak akan terdesrupsi