Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hakikat Hidup Itu Bergerak (Sebuah Renungan)

26 November 2018   23:24 Diperbarui: 26 November 2018   23:36 1376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya masih diam mencoba memahami omongannya.

"Kemampuan itu biasa disebut dengan Telekinesis." Yoyo melanjutkan.

"Oh, Iya bener! Gue pernah ngeliat film tentang telekinesis." kata saya.

Istilah Telekinesis membuat saya teringat pada film yang berjudul Carrie yang berkisah tentang seorang gadis pelajar SMA, bernama Carrie, yang sering dibully oleh teman-temannya. Saking tak sanggup menahan murka, perempuan itu memerintahkan seluruh benda yang ada didekatnya untuk menyerang semua orang yang membullynya. Dan dalam sekejap, hall pesta dansa berubah men jadi banjir darah.

Kemampuan telekinesis yang dimiliki Carrie begitu menakutkan sehingga Sang ibu menjadi curiga bahwa anaknya titisan iblis. Karena kepikiran begitu, Si Ibu memutuskan untuk menghabisi nyawa anaknya dengan sebilah belati. Namun belum sempat pisau dihunjamkan, sekonyong-konyong Carrie meremas jantung ibunya sampai mati. Semua itu dia lakukan tanpa menggerakkan tubuhnya. Semua pembunuhan itu dia lakukan hanya dengan pikirannya. Serem, ya?

"Otak adalah hadiah terhebat yang dihadiahkan Tuhan pada manusia. Kalo kita mampu mengendalikan pikiran maka hidup akan jauh lebih mudah. Hidup itu jadi simple sekali. Apa yang kita percaya maka itulah yang akan terjadi." kata Yoyo lagi dengan suara halus namun cukup keras untuk membangunkan lamunan saya.

"Okay, gue sekarang ngerti kenapa orang sering bilang 'Life is a journey. Not destination..'"

"Memang kata bijak itu dalem sekali. Tuhan menciptakan bumi demikian besar. Kenapa? Karena ujian untuk Adam memang dirancang sedemikian berat. Jadi Tuhan tidak menyarankan kita untuk menetap di satu tempat aja. Kita harus bergerak. Kita harus melakukan perjalanan."

"Gitu, ya?"

"Kita harus pergi ke tempat-tempat lain, ke kota lain, ke negara lain, ke benua yang lain. Kita harus belajar yang lain, makan yang lain, melihat yang lain, mendengarkan yang lain, mengetahui budaya yang lain. Intinya hidup harus selalu diisi dengan hal-hal baru. Itu hakikat sebuah perjalanan."

"Jadi kalo setiap hari kita tinggal di tempat yang sama, di kantor yang sama, mengerjakan hal yang sama, artinya kita jalan di tempat, ya?" tanya saya lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun