Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bisnis Uban bersama Ayah

19 November 2018   00:40 Diperbarui: 19 November 2018   01:13 1511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah buka sepatu, Ayah mengenakan seragam rumahnya yang serba putih, yaitu celana kolor putih dan singlet putih. Celana kolor itu dibuat dan dijahit sendiri oleh ibu saya dari kain belacu. Kaos singletnya udah kendor sehingga sesekali kaitannya di pundak suka turun kayak tali BH perempuan.

Ayah mengambil koran lalu duduk di kursi malas kebesarannya yang terbuat dari pipa besi dengan anyaman tali plastik berwarna-warni. Pipa besinya sudah berkarat, sementara tali plastiknya udah putus di sana-sini. Sebagian udah disambung oleh ibu saya dengan mengikatkannya lagi satu sama lain.

"Bud, tolong ambilin kacamata di meja tulis." teriaknya ke arah saya.

Wah, momentum bagus nih. Segera saya ambil kacamata, menyerahkannya ke Ayah sambil ngomong, "Ini Yah kacamatanya."

"Aci." sahut kata ayah saya.

Hahahahaha istilah 'Aci' artinya adalah terimakasih. Dulu waktu masih balita saya ga bisa melafalkan terimakasih. Setiap kali mengucapkan terimakasih, yang ke luar dari mulut saya adalah 'Aci.' Dan sampai besar Ayah saya masih suka menggunakan istilah itu.

Setelah memakai kacamatanya yang berbingkai hitam itu, Ayah mulai membalik-balik korannya. Dia jarang sekali membaca cerbung atau cerpen, fokusnya selalu pada berita politik. Saya masih berdiri di sampingnya. Rencananya saya mau minta maap sesuai janji saya pada Ibu. Tapi hati saya masih dilanda keraguan. Takutnya gara-gara saya minta maap justru Ayah malah jadi marah karena diingatkan oleh peristiwa tadi.

Tapi karena merasa udah berjanji, akhirnya saya nekat dan memutuskan untuk memenuhi janji.

"Eh Ayah, maap ya tadi pagi udah bikin salah. Ga sengaja loh Yah." kata saya pelan dengan suara bergetar karena takut.

Di luar dugaan Ayah saya menyambut dengan suara biasa seakan-akan emang ga pernah terjadi sesuatu apapun.

"Iya, gapapa. Nanti kalo Ayah udah punya uang banyak, Ayah akan beliin kamu sepatu dua pasang sekaligus." katanya sambil tersenyum-senyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun