Pak Bambang bingung, dong, ngedenger pertanyaan saya. Ga tahan hatinya untuk bertanya, "Maksudnya?"
"Insya Allahnya Amin apa Pree?" Udah terlanjur saya memutuskan untuk meneruskan pertanyaan andalan lingkungan saya.
Pak Bambang tambah bingung. Dia tanya lagi, "Maksudnya gimana, Mas Bud?"
Hahahahaha..! Ngedenger saya ngakak keras banget, temen-temen di ruangan itu pada nyamperin. Mereka pengen tau apa yang terjadi. Dengan sabar saya ceritakan pada mereka semua bagaimana sejarahnya ada istilah 'insya Allah'nya Amin dan 'insya Allah'nya Pree.' Mereka semua ikut ngakak ngedenger cerita itu.
"Yang namanya Pree pasti ngocol banget ya, Bud?" tanya salah seorang, belakangan saya tau dia adalah seorang visualizer, namanya Pak Hadi.
"Iya, ngocol banget. Kalo yang namanya Amin serius dan relijius." sahut saya.
"Kalo suatu hari Pree atau Amin mampir ke sini, kenalin sama kita, ya, Mas Bud. Penasaran pengen liat orangnya." kata Pak Bambang lagi.
"Insya Allah." sahut saya lagi.
"Insya Allahnya siapa? Amin apa Pree?" Hampir serempak tiba-tiba semua orang menanyakan hal itu.
"Huahahahahahahaha..." semua orang ngakak tanpa bisa ditahan lagi.
Dan keanehan pun berlanjut! Tiba-tiba di kantor kami istilah 'insya Allah' tersebut menjadi populer. Setiap kali di kantor ada yang menyebut 'insya Allah' orang itu langsung diserang dengan pertanyaan 'insya Allah'nya Amin apa insya Allahnya Pree?'