Si waiter tersenyum mengerti, lalu berkata, “Oh…ashtray.”
Ashtray ndasmu! Udah bagus kita punya nama asbak kok jadi ashtray.
Pejabat-pejabat yang jadi narasumber di TV juga ga mau kalah. Mereka berebut mempermalukan dirinya sendiri dengan ngomong pake bahasa amburadul. Contohnya adalah sebagai berikut.
“Perekonomian kita sudah jauh mem-better. Tapi apa yang sudah di-achieve, akan sulit sustain kalo tidak di-followup-i dengan empowerment program pada human resources secara continuous.” PRET!
Lain pejabat, lain pula anak kecil. Dewasa ini, anak-anak kecil berbicara Bahasa Inggris ke sesama temannya. Bagus sih sebenernya asal jangan melupakan bahasa sendiri. Soalnya ada sebuah keluarga Indonesia yang mengunakan bahasa pertamanya adalah Bahasa Inggris. Padahal mereka orang Indonesia asli dan tinggalnya juga di negeri ini loh. Ck…ck…ck…
Seorang teman pernah komentar begini, “Gue paling ga suka panggilan ‘Ayah’ loh. Rasanya ga ada emosinya. Kurang terasa ikatan batin antara bapak dan anak.”
“Emang lo dipanggil apa sama anak lo?” saya saya penasaran.
“Daddy,” sahut teman saya tanpa rasa bersalah.
Daddy? TOBAT!
Dalam berpenampilan pun kita cenderung terbius dengan budaya barat. Berapa ribu kali kita ngeliat melayu berambut pirang ala bule? Berapa kali kita ngeliat perempuan melayu pake contact lens biar matanya keliatan biru? Konsep tentang keren bukan lagi konsep yang ada di negeri sendiri tapi memakai ukuran konsep orang lain. Seolah kita nggak percaya bahwa Tuhan udah ngasih yang terbaik buat masing-masing ras.
Yang paling nyebelin adalah konsep ganteng dan cantik. Konsep ganteng dan cantik di negeri kita ikut tergerus dengan jajahan budaya barat. Buat orang Indonesia, perempuan cantik itu seperti Sandra Bullock atau Nicole Kidman. Sedangkan cowo ganteng adalah yang seperti Brad Pitt atau Tom Cruise, Justin Bieber. Gila kan? Kasian orang-orang di Indonesia yang memiliki ketampanan Melayu. Mereka ga direken lagi sekarang.