Entah kenapa orang lebih bangga makan pizza daripada martabak. Lebih suka spaghetti daripada mie goreng. Lebih suka steak daripada rendang. Orang merasa lebih gaya pergi ke restoran Jepang atau Italia daripada restoran lokal.
Gimana kalo pakian dan sepatu? Ya sama aja! Setiap kali ada obral barang bermerk, kantor langsung kosong. Jam makan siang pulangnya telat gara-gara antri ke outlet Zara, Nike, Mango, Esprit, Guess, dll.
Yang paling parah, pernah saya ngeliat antrean sepatu merk Crocs buatan Tiongkok di Senayan City. Ya ampun! Tokonya ada di lantai 8, tapi antreannya membludak sampai ke tingkat 1. Padahal sepatu Cibaduyut ga kalah bagus loh. Kalo ga percaya, tanya aja tuh sama wakil presiden kita Jusuf Kalla.
Soal bahasa. Kayaknya kita udah ga bangga lagi dengan bahasa sendiri. Semua orang ngomong Bahasa Inggris. Bahkan yang ga bisa Bahasa Inggris pun ngomong bahasa gado-gado alias ngomong Bahasa Indonesia dicampur-campur dengan Bahasa Inggris.
Di sebuah restoran saya mengalami peristiwa yang kocak sekaligus miris. Ceritanya, saya mau ngerokok tapi di meja ga ada asbak. Lalu saya pun memanggil waiter.
“Mas, pinjem asbak dong.” kata saya.
“Kenapa, Pak?” tanya Si Waiter.
“Pinjem asbak!” waduh budek kali nih orang.
“Sorry Pak, pinjem apa tadi?” kata waiter sambil mendekatkan telinganya ke saya.
“ASBAK!! ASBAAAK!!!” teriak saya kesel.