Obama telah membangkitkan harapan dunia yang sudah delapan tahun muak terhadap kepemimpinan Presiden George W Bush. Ia mengarang kebohongan untuk menyerbu dan menjajah Irak, bangsa yang tak bersalah yang mengakibatkan jatuhnya korban lebih dari 600 rakyat dan 4.195 serdadu AS (sampai 13 November 2008). Ia memerintahkan penyiksaan terhadap ribuan orang tak bersalah yang didakwa sebagai teroris di Gitmo, Abu Ghraib, dan puluhan penjara rahasia di manca negara. Ia memaksa pemberlakuan macam-macam undang-undang yang dengan sewenang-wenang mengintai privacy rakyatnya sendiri.
Tak mau "kalah" dengan Obama, Bush juga mencatat rekor baru: ia hanya didukung 24 persen rakyat (approval rate), angka terendah sepanjang sejarah kepresidenan AS. Bush mungkin akan mencatat sejarah lain sebagai mantan presiden yang mustahil melawat ke manca negara karena akan langsung diciduk dan diadili sebagai penjahat perang. Sampai kini Bush bahkan tak punya nyali untuk mengunjungi satu-satunya negara bagian di negerinya sendiri yang belum pernah ia datangi, yakni Vermont. Mengapa? Sebab Mahkamah Agung, legislatif, dan pengadilan di negara bagian itu telah mengeluarkan perintah penangkapan Bush yang mesti segera diadili karena pelanggaran konstitusional!
Dan Obama mengakhiri pula era Dinasti Bush dan Clinton yang selama 20 tahun terakhir memonopoli Gedung Putih sejak Presiden George HW Bush memerintah tahun 1988 disusul era Presiden Bill Clinton (1988-2000) serta Presiden George W Bush (2000-2008). Lebih dari itu "efek Obama" berhasil menjungkirbalikkan dominasi Partai Republik karena Partai Demokrat mengendalikan mayoritas secara mutlak di Senat dan DPR (House of Representatives).
Setelah pesta Election Night berakhir di Grant Park, saya berulang kali mengucapkan kata suci "alhamdulillah" mengucapkan rasa syukur kepada Yang Di Atas sana. Pengalaman batin di Chicago 4 November 2008 berbeda 180 derajat dengan apa yang saya alami di Washington DC 4 November 2004. Ketika itu rasa kecewa, amarah, dan sedih bercampur aduk karena Bush mengalahkan capres Partai Demokrat, John Kerry hanya karena kemunculan video ancaman Osama bin Laden secara tiba-tiba cuma empat hari sebelum 4 November.
Terima kasih Chicago! Dalam perjalanan pulang ke hotel saya menggumamkan lagi sebuah hit milik Chicago, "Saturday in the Park"yang amat populer di Indonesia tahun 1970-an. "Saturday in the park, you'd think it was the Fourth of July/People talking really smiling, man playing guitar singing for us all/Will you help him change the world, can you dig it/Yes I can, and Ive been waiting such a long time for today/People reaching people touching, a real celebration waiting for us all/If we want it really want it, can you dig it/Yes I can, and Ive been waiting such a long time for the day....
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI