Mohon tunggu...
Budiarto Shambazy
Budiarto Shambazy Mohon Tunggu... -

Minat saya menulis beragam. Mulai dari menulis sepakbola, musik, serta politik. Saya menulis Politika, kolom tetap di Harian Kompas. Di Kompasiana saya ingin share ilmu politik melalui halaman "Politiking", yakni ajang bagi kita untuk membahas politik, bidang pengabdian masyarakat yang sesungguhnya bertujuan mulia. Ia ibarat sekolah menengah berstatus "filial petang" semata-mata sebagai pelengkap Politika yang terbit di harian Kompas tiap edisi Selasa dan Sabtu. Mari kita saling berpolitiking!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Chicago, 4 November 2008

14 November 2008   14:19 Diperbarui: 22 Mei 2016   22:56 1453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buku itu menjadi makin menarik ketika meriwayatkan kembali perjalanan fisik dan batin Obama mencoba menjejaki kembali negeri asalnya, Kenya untuk mengenal lebih dekat ayahnya yang cuma satu kali saja ia temui saat remaja di Honolulu. Ayahnya politisi, pejabat, ilmuwan, sekaligus juga tokoh nasional yang terlalu banyak kecewa kepada bangsa dan pemimpinnya sendiri. Ia berotak encer, mencatat rekor sebagai penerima beasiswa pertama dari Afrika di University of Hawaii, Honolulu. Di kota turis itulah ia bersua jodohnya yang sesama penerima beasiswa kulit putih asal Kansas City, Ann Stanley Dunham.

Pernikahan mereka bubar tak lama setelah Dunham melahirkan Barack Obama Junior tahun 1961. Ia kemudian mendapat beasiswa lagi ke Harvard, perguruan tinggi yang juga jadi Cawah Candradimuka yang mengasah kemampuan putranya menjadi seorang profesor hukum. Di Harvard pula Obama Junior mencetak sejarah baru menjadi kulit hitam pertama yang memimpin redaksi jurnal terkemuka Harvard Law Review. Di situ pula ia berjumpa jodohnya, Michelle.

Ann Dunham belajar tentang Indonesia, khususnya mengenai antropologi dan microfinancing. Ia jatuh cinta bukan cuma kepada Indonesia, namun kepada Lolo Soetoro yang juga sedang belajar di University of Hawaii. Setelah selesai sekolah duet akademisi Soetoro-Dunham pindah ke Jakarta. Di Ibukota Indonesia ini Dunham memulai penelitiannya membantu pemberdayaan ekonomi lokal kaum ibu di Jawa Tengah. Di Jakarta ia melahirkan adik tiri Obama, Maya Soetoro. Obama sempat sekolah di SD Katolik Assisi dan SD Negeri Besuki selama periode 1967-1971. Setelah itu ia dititipkan ke ayah dan ibu Dunham yang berdiam di Honolulu, yang merawat Obama sampai lulus dari SD/SMP/SMA Punahou yang eksklusif itu.

Obama tak pernah kenal ayahnya, yang menikahi empat perempuan yang memberikannya delapan anak. Dari penelusuran ke Kenya seperti yang ditulis di buku Dreams, ia akhirnya menyadari bahwa selain pandai, ayahnya sosok yang kontroversial. Misalnya, Barack Obama Senior ayah yang kurang bertanggung jawab sekalipun amat menyayangi semua bekas istri dan anak-anaknya. Ia berani mbalelo terhadap penguasa di Kenya demi mempertahankan kebenaran meskipun sikapnya itu justru mempersulit kehidupannya sendiri.

Bagi mereka yang mengenal dekat, Obama Junior merupakan putra hasil paduan ideal antara Obama Senior dengan Ann Dunham. Keduanya akademisi hebat sekaligus pengabdi masyarakat tulen yang tak pernah berharap pamrih. Tak heran Obama akhirnya berani mengambil keputusan meninggalkan pekerjaan bergaji tinggi sebagai pialang di Wall Street untuk mengabdi sebagai aktivis sosial yang mengurusi kalangan miskin di Chicago. Berkat prestasinya sebagai aktivis yang idealistis itulah Obama akhirnya dilirik dan direkrut oleh Partai Demokrat.

Ketika ia menjadi pembaca pidato kunci di Konvensi Partai Demokrat 2004 di Boston, bintang Obama langsung bersinar terang. Bayangkan, pada konvensi empat tahun sebelumnya di Los Angeles ia bahkan dilarang masuk ke tempat acara konvensi karena lalai mengurus kartu pengenal yang memenuhi syarat. Ia frustrasi dan langsung kembali ke Chicago. Ia mendapat tempat terhormat tahun 2004 itu berkat tawaran dari capres Partai Demokrat, John Kerry dan istrinya, Teresa Heinz-Kerry yang kebetulan sedang berkunjung ke Chicago.

Di konvensi 2004 itulah Obama menyampaikan pidato mengenai kebhinnekaan ala Amerika yang amat terkenal itu. Meskipun naik daun, belum ada yang berani berspekulasi Obama layak mencalonkan diri sebagai presiden sampai Oktober 2006. Adalah majalah Time edisi 23 Oktober 2006 yang pertama kalinya memperkenalkan Obama ke tingkat nasional melalui cerita sampul berjudul "Mengapa Barack Obama Bisa Jadi Presiden Mendatang" karya kolumnis top yang sering menulis soal kepresidenan AS, Joe Klein. Time menjadikan Obama sebagai cerita sampul karena dua alasan: pertama, ia sedang menjajakan buku Hope melalui book launching maraton ke berbagai kota di AS; kedua, demam Obama-mania sudah mulai menjangkiti AS.

Setelah mengumumkan pencalonan resmi sebagai presiden di Springfield, Illinois 10 Februari 2007, jalan bagi Obama makin terbuka lebar. Ia tidak langsung menjadi favorit terkuat, melainkan hanya salah satu dari beberapa capres yang dianggap kuda hitam karena ketika itu satu-satunya bintang adalah Hillary. Maklum saja mantan Ibu Negara ini telah dua kali terpilih sebagai senator yang mewakili Negara Bagian New York dan didukung kuat oleh kalangan mapan Partai Demokrat berkat sukses suaminya memimpin AS dalam periode 1992-2000. Tak ada yang menyangka Obama memenangi Kaukus Iowa (pemilihan pertama tingkat negara bagian) 3 Januari 2008.

Setelah Kaukus Iowa Obama tak terbendung lagi sampai akhirnya dinominasikan sebagai capres Partai Demokrat saat Konvensi Nasional Demokrat di Denver akhir Agustus. Konvensi itu memecahkan rekor baru, yakni terpaksa dipindahkan dari ruang tertutup ke ruang terbuka berkapasitas hampir 80.000 orang. Konvensi dipindahkan karena antusiasme rakyat yang ingin menyaksikan pidato Obama. Rekor terakhir dicatat capres Partai Demokrat, John F Kennedy saat konvensi tahun 1960 di Los Angeles yang disaksikan separuh dari jumlah penonton di Denver.

Tak ayal lagi, Obama mencatat sejumlah rekor baru lainnya. Bulan Agustus 2008 ia mencetak rekor pengumpulan dana kampanye 67 juta dollar AS. Sebulan setelah itu, September, rekor itu ia pecahkan lagi menjadi lebih dari dua kali lipat, yakni lebih dari 150 juta dollar AS. Total selama 21 bulan terakhir sampai 4 November 2008 Obama telah mengumpulkan dana kampanye lebih dari 600 juta dollar AS! Berkat angka yang fenomenal inilah jumlah dana kampanye kepresidenan yang dibelanjakan mencetak rekor baru, yakni menembus jumlah lebih dari dua miliar dollar AS. Ada lagi rekor lain, yakni jumlah donatur yang menyumbangkan uang untuk Obama yang mencapai lebih dari tiga juta orang.

Tentu saja rekor terpenting Obama ialah menjadi kulit hitam pertama yang terpilih sebagai presiden AS. Ini pencapaian amat bersejarah dan akan dikenang manis bukan hanya oleh warga hitam yang mencapai 14 persen dari total populasi 305 juta jiwa, namun juga oleh generasi-generasi mendatang dari berbagai ras, warna kulit, agama, dan aneka latar belakang lainnya. Ia mengalahkan McCain dengan jumlah suara yang terpaut jauh, yakni 65 juta berbanding 57 juta untuk McCain (data terakhir sampai artikel ini diterbitkan). Untuk Dewan Pemilih (Electoral College) jumlah elector yang direbut Obama bahkan lebih dari dua kali lipat dibandingkan yang direbut McCain, yakni 364:162 (total terdapat 538 elector) sampai artikel ini diterbitkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun