Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Romeli Ingin Menjadi Orang Sakti

13 Januari 2025   06:03 Diperbarui: 13 Januari 2025   06:46 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto diri (dokumen Budi Susilo)

Mas Agus tidak datang juga, sekalipun jarum jam dinding bergerak ke angka berikutnya. Selama berbincang, Romeli merasakan, tepatnya, menampak kelebatan-kelebatan acak menyerupai sosok wanita. Kecerdasan Romeli kemudian bekerja. Tak lama terasa bahwa mulut bergerak, seperti hendak menyampaikan sesuatu.

Tanpa dapat ditahan, sebab sesuatu yang hendak disampaikan bisa jadi menyinggung perasaan pria tersebut, mulut mengeluarkan tanya, "Ada masalah di rumah? Misalnya, dengan istri?"

Pria tersebut menutupi keterperanjatannya dengan berkata, "Ah, sok tahu si Bapak ini!'

Romeli tak perduli, ia terus mencerocos. Menyebut ciri fisik sang wanita, sampai letak andeng-andeng di antara buah dadanya. Sontak, pria itu lemas. Sejenak. Kemudian ia menumpahkan segala rahasia.

Pengungkapan atas sifat dan desakan sang istri, agar pria tersebut segera mencari jalan keluar atas kesulitan keuangan sedang dihadapi, membuat pria itu tersedu-sedu.

Merasa berada di perahu sama, Romeli menunjukkan empati dan memberikan nasihat-nasihat, belum berupa solusi. Kelegaan perlahan memancar, lalu pria tersebut berpamitan tanpa meninggalkan amplop. Tak mengapa, batin Romeli.

Tidak lama kemudian Mas Agus datang sambil senyum-senyum, "Sudah beres?"

Setelah dirasa cukup, tiba waktu untuk permisi. Romeli mengucapkan terima kasih dan berjanji datang kembali. Juga tidak meninggalkan amplop.

Dalam perjalan pulang ia mampir ke kantor temannya. Ada tamu lain di ruangan kerja, sepertinya mereka ngobrol santai sehingga kedatangan Romeli bukanlah gangguan.

Bertiga berbincang seru, sampai mendadak Romeli melihat kelebatan-kelebatan di sekitar pria baru dikenalnya, namanya Salim.

Mulut mencerocos tanpa dapat ditahan, membongkar rahasia sang tamu, tanpa temannya mengetahui makna dan memahami sebagai gurauan biasa. Wajah Salim merah padam, sesekali menunduk. Ia gelisah hingga perjumpaan usai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun