Ia melayang-layang. Setelah menikmati pengalaman menenangkan itu, sukma Romeli kembali ke tubuhnya yang sedang bersila. Perlahan gelegar air terdengar.
Tak lama Mas Agus berbisik, "Selamat, Mas Romeli telah lulus ujian."
"Artinya?"
"Mas Romeli sekarang bisa menerawang."
"Jadi ...?
"Alam menyimpan rekaman kehidupan. Membaca seseorang adalah membaca rekaman kehidupannya. Memang tidak terang benderang seperti nonton Netflix. Samar. Akal budi kitalah yang memaknai gambar-gambar. Aku percaya, kamu memiliki kecerdasan untuk itu, jauh lebih baik dari dukun tradisional."
"Oh, begitu," Romeli tidak dapat menyembunyikan kegembiraannya.
"Tetap harus dilatih. Untuk menjaga ketajamannya, maka pisau harus diasah secara berkala. Nanti aku ajarkan ritual lain agar menambah kemampuan penerawangan."
Demikian, Romeli sudah memperoleh kesaktian, mampu menembus pikiran dan kehidupan di sekitar seseorang. Namun, perlu latihan lanjutan agar bisa memberikan solusi atas permasalahan "pasien" yang datang.
Bagaimana latihan selanjutnya? Temui Mas Agus untuk mendapatkan rahasianya.
Seolah tidak sengaja, tapi "dibuat" sengaja oleh Mas Agus, percobaan pertama datang. Seorang pria berwajah kusut mendatangi rumah Mas Agus. Katanya, hendak berkonsultasi. Namun, pemilik rumah sedang pergi. Mau tidak mau Romeli menemani dan berbincang.