Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Cerita Pagi dari Taman Heulang: Sebuah Catatan

10 November 2024   08:08 Diperbarui: 10 November 2024   08:32 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lapak-lapak penjualan (dokumen pribadi)

Tujuh puluh tujuh dikali Rp10.000, maka penjualan mencapai Rp770.000 per hari. Bisa jadi, lebih dari dua ratus ribu dibawa pulang.

"Alhamdulillah. Bisa makan, bayar kontrakan, dan menyekolahkan anak," sang bapak enggan menyebutkan angka.

***

Setelah dirasa cukup, saya beranjak dan membayar kopi seduh harga Rp4.000. Sebelum kaki melangkah, seorang pria menawarkan tumpangan ke Jalan Walet. Katanya, akan menjemput anaknya di sebuah SD di daerah berbeda.

Dengan halus saya menolak ajakan simpatik tersebut, mengatakan bahwa berjalan baik bagi kesehatan saya. Lagi pula jarak dituju kurang dari 500 meter, lima belas menit sampai.

Demikian cerita pada Kamis pagi beberapa hari lalu. Kisah yang terkumpul karena tersasar salah orientasi titik dituju. Satu saat saya akan kembali ke Taman Heulang, Kota Bogor, demi memperoleh cerita-cerita menginspirasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun