Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Binar Mata yang Membuka Jendela Dunia

27 September 2024   06:04 Diperbarui: 27 September 2024   06:04 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Binar Mata yang Membuka Jendela Dunia, Gambar oleh StockSnap dari Pixabay

Sepertinya, kamu mencintai huruf-huruf berlompatan riang pada helai-helai lebih dari apa pun. Aku pun tak bermaksud merusak konsentrasimu dengan pertanyaan membingungkan. Lebih baik aku bungkam dan tak puas-puasnya mencuri pandang padamu.

Pada waktu-waktu berikutnya, aku mencari kamu di tempat ini. Tidak perlu memutar angka pada perangkat komunikasi di rumah atau di bilik telepon umum. Aku tahu persis, dalam banyak waktu kamu ada di sini sedang membaca.

Aku pun akan memilih tidak hanya buku fiksi, tetapi kitab berisi pengetahuan yang berhubungan dengan mata kuliah atau buku apa saja.

Seperti biasanya, usai menutup buku, kamu dan aku berdiskusi penuh semangat. Aku menyadari, cakrawala pengetahuanku makin terbuka dan makin mengagumi kecerdasanmu.

Entah terpengaruh oleh Kahlil Gibran atau Sapardi Djoko Damono, pada satu kesempatan aku menyampaikan maksud yang sudah lama terpendam dengan sepenuh hati. Menurutku, aku mengucapkannya dalam cara paling elegan dan romantis

Saat itu juga aku menyaksikan keindahan yang seketika merona pada wajahmu. Bibir tipis kamu merekah indah, yang sempat menerbitkan gagasan melumatnya. 

***

Dengan melipat dua lutut dan bertumpu pada telapak kaki yang berjinjit, aku berdoa sepenuh hati. Matahari mulai mencolek ubun-ubun. 

Sebetulnya, ingin berlama-lama di sana. Namun, aku harus melakukan sesuatu. Aku berdiri. Menarik napas panjang. Diam sebentar, selanjutnya meraih tangan mungil di sampingku.

"Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat di mana engkau bisa membuka jendela dunia. Tempat kesukaan ibumu."

Kepala berambut poni menghadapkan muka ke atas. Mata beningnya berbinar. Sejenak aku ingat kepadamu. Bibir tipis bidadari kecil itu bergerak, "Jendela dunia ...?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun