"Ak ..., aku ..., aku baru kali ini membacanya."
"Maka, sering-seringlah engkau membuka jendela dunia sekalipun aku tak di sini," mata beningmu berbinar.
Dengan tetap merendahkan suara, kamu mengatakan bahwa novel itu isinya bagus dan menyarankan agar aku menuntaskan membaca.
Selesai melihat apa yang tertulis, kamu dan aku antusias berdiskusi tentang tokoh Lupus yang jenaka, juga mengenai isi buku yang telah kamu baca. Mataku menancap pada cara berbicara yang menunjukkan pengetahuan luas dan, tentu saja, wajahmu yang bercahaya.
Jujur saja, aku mengikuti ke tempat ini bukan lantaran hendak mencari bacaan. Bukan menelusuri rak-rak kayu untuk menemukan beragam buku, dari yang berisi pelajaran dan pengetahuan hingga yang berisi kisah fiksi.
Buku terpilih bisa dibawa pulang, jika menjadi anggota dan mencatatkannya pada petugas. Pastikan buku dikembalikan sebelum waktu pinjam berakhir.Â
Atau, boleh membacanya di meja-meja yang telah disediakan. Berdiskusi dengan teman, asalkan jangan mengeluarkan suara terlalu keras yang dapat mengganggu pengunjung lainnya.
Bagi yang memerlukan suasana tenang untuk mendapatkan pengetahuan tanpa kekurangan bahan rujukan, tempat adem itu untuk memusatkan perhatian pada penyelesaian tugas-tugas.
Bagi sebagian penulis, ruang di dalam bangunan kokoh tersebut menjadi ruang membaca banyak hal, yang bisa saja menumbuhkan gagasan-gagasan cemerlang.
Jadi, ia menjadi semacam lembaga dengan beragam pengetahuan dan cerita yang tercetak dan tersusun secara logis agar mudah ditemukan. Dilengkapi dengan pedoman, rambu, kartu katalog, buku induk, dan sebagainya.
Aku datang ke sini bukan untuk membaca atau meminjam buku, melainkan semata-mata ingin berdekatan denganmu. Hatiku, bukan pikiranku, ingin menghampiri demi menyampaikan sesuatu yang sudah lama kupendam.