Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Layangan Melayang-layang di Awan

30 Agustus 2024   14:05 Diperbarui: 30 Agustus 2024   15:08 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Layangan Melayang-layang di Awan, Gambar oleh OpenClipart-Vectors dari Pixabay

Tempat ideal untuk berjualan. Sasaran pembeli adalah para pelintas dan pegawai Indrawan yang mengambil stok.

Dengan semangat empat lima, Fatah menunggu warung. Pada pagar terpasang spanduk. Huruf-huruf menyatakan menu mi instan rebus dan goreng, aneka kopi seduh, teh manis panas/anget, serta camilan. Kelak jika berkembang, ia akan membeli jajanan di pasar lalu menjual mereka di sini.

Dua pengunjung datang. Satu adalah tetangga sebelah rumah yang memesan mi rebus. Dibungkus. Lainnya, pesepeda motor yang ingin minum kopi.

Di waktu lain, Indrawan sendiri datang bersama teman-temanya. Mereka memesan kopi dan mi instan rebus atau goreng. Harapan Fatah melambung. 

Namun, kenyataan tidak menyatakan perkembangan bagus. Selama berbulan-bulan Fatah melayani rata-rata satu dua pembeli per hari buka, lebih banyak menghabiskan waktu bersama sepi.

Untunglah, pada malam hari ada satu pelanggan tetap yang minta kopi seduh. Kadang membeli mi rebus. Agung, sang penjaga itu. Ia tidak mau gratis. Selalu membayar, bahkan tidak jarang tanpa meminta uang kembali.

Lelaki royal yang memiliki banyak teman. Pada banyak malam saat Fatah hendak memejamkan mata, terdengar suara berbincang di halaman. Samar-samar. Mungkin mereka tidak ingin mengganggu orang sekitar yang hendak beristirahat.

Timbul sedikit keheranan di benak Fatah, mengingat bahwa Agung bukan termasuk orang yang senang bercakap-cakap. Pendiam dan cenderung tertutup yang bukan berarti sombong. Tidak. Ia berperilaku sopan dan hormat ke siapa pun, termasuk kepada Fatah. Selama ini tidak masalah dalam hubungan mereka.

Namun, hal pembuat tanya di benak Fatah adalah fakta bahwa Agung punya banyak teman, meskipun ia tidak pernah mengetahui siapa mereka.

Pernah sekali Fatah menyingkap tirai jendela ruang tamu. Di bawah cahaya lampu LED 5 watt dua orang berbicara. Tidak lama. Temannya segera melesat dengan sepeda motor.

Sudahlah, Fatah tidak ingin tahu lebih lanjut apalagi ikut campur dengan urusan orang lain. Ia memikirkan keperluannya sendiri yang lama-lama bikin kepala berputar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun