Tiba di kota besar, mereka disambut gembira oleh Direktur. Dalam jamuannya di sebuah hotel mewah, pak direktur membeberkan rencananya kepada Theo yang kemudian menyimak dengan cermat.
Setelah cukup istirahat, pada pucuk malam ketika bintang enggan muncul, Theo diantar oleh Direktur dan Administratur berangkat menuju lokasi dimaksud.
Tiba di tempat dituju, bukan kegelapan yang didapat, melainkan dunia cemerlang terang benderang meliputi.
Sebuah rumah megah, sangat besar dan mewah, terlihat bermandikan cahaya yang lebih menyilaukan daripada sinar matahari.
Suara Theo tertahan. Bertanya kepada Direktur, "Rumah siapa?"
Direktur mendekatkan bibirnya ke kuping orang pintar itu. Membisikkan sesuatu.
"Hah ...???Â
"Iya! Itu tempat sosok meresahkan, pembuat gaduh, dan pencipta ketakutan bagi sebagian pihak. Kurang menyeramkan apa?"
Tanpa menunggu aba-aba, Theo berbalik hendak melangkah pergi. Wajahnya muram. Ketakutan.
"Aku bisa celaka. Tidak mau ah, dibayar berapa pun!"
Direktur penasaran, "Kenapa?"