Setelah dilarangnya tayangan hantu-hantuan, di banyak waktu luang Theo menajamkan kemampuan spiritual tersebut. Kian lama kian mahir, sehingga namanya dalam bidang perhantuan makin berkibar.
Tenar menanggulangi persoalan hantu, maka Theo berada di Turangi.
Ia diminta oleh administratur kebun sawit untuk memburu dan mengusir hantu yang kerap mengganggu warga sekitar. Mereka sangat meresahkan, membuat gaduh, dan menciptakan ketakutan bagi sebagian pihak.
Pada malam paling kelam, tiada satu bintang berani mengganggu kesungguhan Theo membaca mantra. Tak lama, pria itu menceramahi para hantu yang duduk di pepohonan. Tentu saja, orang biasa tidak bakal mampu melihat para hantu yang menunduk layu dan pucat pasi.
Dengan kemampuan mumpuni, berhasil mengendalikan para hantu yang sedang menunduk mendengarkan nasihat Theo secara saksama.
Tidak semua. Ada sebagian yang misuh-misuh kepanasan berkat bacaan membakar, lalu menyingkir dengan cepat dan terbang menuju langit.
Pada malam perburuan hantu, beberapa warga yang masih bangun menyaksikan hantu kabur. Di kejauhan tampak beberapa sosok berwarna biru terang berkelebat seolah melayang. Kemudian mereka mengangkasa.
Pencapaian yang makin membuat Theo tenar. Administratur melaporkan kemajuan secara rinci kepada Direktur di kantor pusat.
Direktur di kantor pusat memiliki pemikiran lain, "Undang ia ke sini. Dampingi!"
"Siap, pak Bos."
Meskipun dengan tiket mahal, admistratur membawa Theo naik pesawat paling pagi dari maskapai penerbangan terbagus.