Ia menyetor sejumlah uang lusuh hasil tarikan setoran metromini. Teller membutuhkan waktu untuk merapikan dan menghitungnya.
Akumulasi setoran harian cukup untuk membayar kewajiban pengembalian pokok dan pembayaran bunga. Tidak ada keterlambatan pembayaran, sekalipun satu hari.
Pada waktunya pinjaman lunas. Surat tanah berikut dokumen kepemilikan kendaraan dikembalikan kepada Sutarno.
Selanjutnya saya tidak mengikuti perkembangan Sutarno. Dengar-dengar, usaha tambah maju dan ia mampu mengganti unit lama dengan yang baru.
Sutarno yang awalnya diragukan kemampuan perbankannya, karena penampilan tidak meyakinkan, ternyata seorang nasabah taat membayar kewajiban tanpa terlambat.
Berbeda dengan satu nasabah lain yang tampak keren, tetapi keropos karakternya dalam membayar utang. Ia sering terlambat bayar. Menunggak lalu macet.
Ternyata anggapan awal saya terhadap Sutarno keliru. Di balik penampilannya yang bersahaja apa adanya, ternyata ia membuktikan sebagai debitur taat membayar kewajibannya. Ia nasabah yang istimewa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H