Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Berpenampilan Bersahaja, Ternyata Ia Istimewa

19 Januari 2024   07:07 Diperbarui: 19 Januari 2024   07:15 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sopir metromini.(Fabian Januarius Kuwado/ KOMPAS.COM)

Ternyata ia nasabah Istimewa, di balik tampilannya yang sederhana, berpakaian seadanya, dan beralas kaki sandal kulit, ia disiplin memenuhi kewajiban. Melunasi utang pada waktunya.

Namanya Sutarno. Sopir metromini yang kemudian merintis usaha.

Metromini adalah salah satu moda transportasi umum di Jakarta. Pada zamannya bus tanggung ini menjadi favorit warga dalam mobilitas.

Sutarno datang dari kampung menjadi sopir metromini. Bekerja untuk kakaknya yang memiliki beberapa angkutan berwarna oranye tersebut.

Sekian tahun menjadi sopir, pria bersahaja itu memberanikan diri menjadi pengusaha angkutan. Membeli unit metromini bekas berikut trayeknya dengan modal pinjaman dari kakaknya.

Metromini terbanyak yang dimiliki adalah bus tanggung rute Lebak Bulus - Blok M.

Satu saat jumlahnya mencapai belasan unit. Sutarno membutuhkan pool untuk menyimpan kendaraan sekaligus bengkel perawatan.

Kolega di back office memperkenalkan Sutarno ke saya untuk diusulkan sebagai nasabah kredit.

Tahun 1990, saya beruntung diterima bekerja di satu bank swasta nasional. Kemudian perjalanan karier mengantar saya ke posisi officer bagian kredit retail.

Awalnya saya meragukan Sutarno dengan penampilannya yang sangat biasa. Terlalu bersahaja untuk menjadi nasabah bank, menurut saya.

Datang memakai kendaraan storing (mobil untuk mengatasi unit metromini bermasalah, atau mendereknya jika mogok).

Ya, ia datang menggunakan jip dengan perangkat derek!

Sutarno melepas sandal kulit yang dipakainya di luar. Masuk ke dalam kantor cabang dengan nyeker. Ia merasa malu. Takut mengotori lantai ruangan kantor yang mentereng.

Pada zaman itu officer bank melihat orang naik Mercedes berpakaian necis membawa tas kulit, sebagai nasabah keren dan terpercaya. Berbeda dengan Sutarno yang dianggap meragukan dalam pembayaran kewajiban.

Namun setelah beberapa kali bertemu dengannya, saya merasakan adanya niat kuat membeli lahan untuk pool. Hal lain lagi adalah karakternya yang jujur apa adanya.

Singkat cerita ajuan kredit kepemilikan lahan diproses. Saya membuatkan laporan keuangan sebagai salah satu syarat. Maklum, transaksi keuangannya tidak tercatat.

Dengan jaminan usaha berjalan dan tambahan kolateral  fisik, berupa tanah akan dibeli dan beberapa unit metromini, maka saya memperjuangkan usulan pinjaman ke komite kredit.

Akhirnya kredit disetujui.

Sambil mengurus berkas-berkas dan segala macamnya, saya sampaikan kewajiban pengembalian beserta bunga yang harus dibayar setiap bulan.

Keterlambatan dapat menyebabkan konsekuensi mendapatkan teguran. Paling jelek adalah jika macet dalam pembayaran utang, pihak bank bisa membeslah (menyita) lahan dan kendaraan.

Setiap hari kerja bank Sutarno datang ke kantor cabang. Tetap dengan mengendarai mobil storing, berpakaian sederhana, dan mencopot sandal kulitnya ketika masuk ruangan.

Ia menyetor sejumlah uang lusuh hasil tarikan setoran metromini. Teller membutuhkan waktu untuk merapikan dan menghitungnya.

Akumulasi setoran harian cukup untuk membayar kewajiban pengembalian pokok dan pembayaran bunga. Tidak ada keterlambatan pembayaran, sekalipun satu hari.

Pada waktunya pinjaman lunas. Surat tanah berikut dokumen kepemilikan kendaraan dikembalikan kepada Sutarno.

Selanjutnya saya tidak mengikuti perkembangan Sutarno. Dengar-dengar, usaha tambah maju dan ia mampu mengganti unit lama dengan yang baru.

Sutarno yang awalnya diragukan kemampuan perbankannya, karena penampilan tidak meyakinkan, ternyata seorang nasabah taat membayar kewajiban tanpa terlambat.

Berbeda dengan satu nasabah lain yang tampak keren, tetapi keropos karakternya dalam membayar utang. Ia sering terlambat bayar. Menunggak lalu macet.

Ternyata anggapan awal saya terhadap Sutarno keliru. Di balik penampilannya yang bersahaja apa adanya, ternyata ia membuktikan sebagai debitur taat membayar kewajibannya. Ia nasabah yang istimewa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun