Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tak Usah Diajar Itik Berenang, Jaga Hubungan Baik dengan Tukang

1 September 2023   07:09 Diperbarui: 3 September 2023   08:50 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para tukang sedang memasang paving block di rumah (dokumen pribadi)

Turut berbelasungkawa. Prihatin atas terjadinya peristiwa ini. Seorang pekerja bangunan menghabisi nyawa dosen UIN Raden Mas Said, Kab. Sukoharjo, Jawa Tengah, pada Rabu (23/8/2023).

DF (23 tahun) melakukan pembunuhan berencana terhadap wanita berinisial WDS (34 tahun) lantaran sakit hati dan dendam.

Berita selengkapnya dapat dilihat di sini.

Sampai saat ini diketahui pembunuhan terencana itu lantaran pelaku tersinggung, sakit hati, atau dendam kepada korban. Atau ada motif lain yang melatari kasus penghilangan nyawa itu? Kita tunggu hasil investigasi lebih lanjut.

Saya menuturkan pengalaman berinteraksi dengan kelompok pekerja. Satu atau beberapa grup dengan masing-masing dikepalai oleh seorang mandor.

Kelompok tukang dipilih berdasarkan keterampilan untuk menyelesaikan satu pekerjaan tertentu. Grup pekerja bangunan bisa saja berbeda dengan kelompok tukang gelar aspal. Berlainan pula dengan instalasi listrik, pembuat bekisting, pembesian, dan sebagainya.

Lebih dari satu grup tukang dengan spesialisasi spesifik biasanya diperlukan, dalam penyelesaian proyek berskala besar. Semisal membangun gedung kantor. Maka kebutuhan tukang sesuai dengan spektrum pekerjaan dan, tentu saja, jumlah uang dalam kontrak.

Sampai akhir tahun 2018 saya berhubungan dengan beragam kenek, tukang, dan mandor dengan bermacam karakter. Dalam perjalanan, ada saja perbedaan antara keinginan dan hasil yang telah mereka kerjakan.

Apabila memanjakan kekecewaan, akan menjadi ledakan amarah yang mungkin menyinggung perasaan orang lain. Maka bisa jadi saya tidak menuliskan ini, karena sudah berada di alam baka.

Dalam proyek saya harus tegas dan keras agar meminimalkan terjadinya kekeliruan. Kalaupun timbul perbedaan interpretasi, atasi dengan kepala dingin dan bicarakan dengan orang yang tepat.

Untunglah, satu keadaan kesehatan mendadak mencabut saya dari dunia proyek. Meninggalkan sama sekali proyek yang selalu panas, berdebu, keras, diselingi umpatan yang membuat darah cepat naik ke atas. Berpotensi risiko.

Sekarang dunia bergerak lebih lambat, cenderung tidak menekan, sejuk, sehat, lebih banyak beristirahat. Meskipun demikian, bukan berarti saya tidak berhubungan dengan tukang.

Para tukang sedang memasang paving block di rumah (dokumen pribadi)
Para tukang sedang memasang paving block di rumah (dokumen pribadi)

Dua tahun lalu tempat tinggal direnovasi karena faktor usia. Belum lama, ada penambahan minor di halaman rumah.

Tahun 2021 kepala tukang membawa 4 pekerja. Tahun ini mandor yang sama bekerja dengan 2 tukang.

Ya! Mandor atau kepala tukang merupakan orang yang sama. Mengingat hasil pekerjaan sebelumnya memuaskan.

Hubungan baik terjalin dengan para pekerja selama mereka menyelesaikan pekerjaan. Bahkan saya tidak perlu melakukan supervisi keras seperti di proyek.

Baik di proyek maupun kegiatan konstruksi di rumah, saya berusaha menghindari gesekan dengan tukang atau pekerja rumah.

Pekerja rumah memiliki keterampilan memadai. Maka secara garis besar menjaga hubungan baik dengan mereka adalah seperti ini.

1. Cermat Memilih

Kuncinya, mulai dengan memilih tukang atau grup pekerja secara cermat.

2. Memilih Tukang karena Pengalaman

Pengalaman baik tentang hasil pekerjaan tukang merupakan rujukan bagus dalam memilih tukang.

3. Memilih Berdasarkan Rekomendasi

Jika tidak ada pengalaman dengan tukang atau punya informasi cukup, boleh juga minta rekomendasi dari kerabat dan sahabat.

Mereka sangat mungkin tidak menjerumuskan, selain memberikan informasi pekerja rumah dengan kualifikasi memadai. 

Lagi pula, pemberi rekomendasi akan mewanti-wanti kepada tukang atau grup tukang tersebut agar bekerja baik.

4. Kesepakatan Kerja

Terlebih dahulu tetapkan bersama tentang ruang lingkup pekerjaan, kalau perlu menyertakan sketsa dan batasan-batasan tertulis.

Demikian agar kelak tidak timbul perselisihan perihal cakupan pekerjaan. Contoh, pekerja rumah merasa cukup, tapi pemberi kerja menganggap kurang.

5. Kesepakatan Harga

Apakah tenaga kerja dihitung harian ataupun borongan, tukang dan pemberi kerja telah menyepakati harga wajar berdasarkan perundingan.

Tentang harga, bisa berkonsultasi dengan teman yang telah berpengalaman di bidang pekerjaan renovasi atau konstruksi rumah.

6. Kesepakatan Jangka Waktu

Untuk pekerjaan di rumah ada baiknya didiskusikan tentang jangka waktu penyelesaian. 

Pembahasan waktu menjadi penting agar pekerjaan tidak mulur, yang merugikan dipandang dari sisi pembayaran dengan sistem harian. Atau bila menggunakan cara borongan, mereka bisa saja menciutkan waktu pekerjaan. yang akan merugikan dari sisi kualitas.

7. Ikut Serta dalam Pengukuran

Dimensi pekerjaan berpengaruh terhadap harga. Oleh karena itu, penting melibatkan diri dalam pengukuran, di awal pekerjaan pun di akhir (sekalian memeriksa). Keuntungan lain, kita mengenal details rumah sendiri.

8. Berdiskusi

Bukan berarti harus cerewet, tetapi menanyakan dan membahas perkembangan pekerjaan dengan nada biasa. Misalnya, apa rencana hari berikut dan bahan diperlukan.

9. Pendekatan Estetis

Tidak semua orang memahami teknik bangunan, maka ada baiknya melihat pekerjaan dari segi estetika.

Misalnya, melihat bouwplank (penanda batas area kerja) tidak siku, pemasangan tembok yang miring, pemasangan genteng tidak rapi, dan seterusnya. Lebih bagus lagi jika punya pengetahuan dasar teknik bangunan.

Pandangan ini memberikan gambaran kepada pekerja rumah bahwa Anda teliti.

10. Mencocokkan Segalanya

Memastikan bahwa hasil pekerjaan telah sesuai kesepakatan ruang lingkup kerja, ukuran-ukuran, estetika, dan waktu. Turun langsung memeriksa, tidak percaya begitu saja bahwa pekerjaan sudah "beres".

11. Mahir dalam Penyampaian

Pekerja rumah atau grup tukang adalah manusia. Punya rasa. Punya nyawa.

Bertanya tentang sesuatu atau menyampaikan kejanggalan terkait pekerjaan, baiknya tetap mendahulukan kebiasaan bicara baik meskipun dilakukan dengan tegas (bukan keras).

Apabila ada masalah dengan grup tukang, maka cari solusi kepada mandor atau pemimpin rombongan. Tidak tepat komplain ke anak buahnya.

12. Buat Nyaman

Tidak ada salahnya sesekali meng-entertain para pekerja rumah dengan hal sederhana, misalnya membelikan sebungkus gorengan atau memberi buah meja.

Harganya murah, tetapi dampak psikologisnya dahsyat. Mereka merasa diperhatikan.

Di proyek kadang-kadang saya membelikan nasi Padang, lalu makan bersama usai menyelesaikan satu pekerjaan penting.

13. Bayar Upah Tepat Waktu

Umumnya tukang meminta bayaran upah per akhir pekan (Sabtu). Kewajiban ini mutlak diselesaikan tepat waktu.

Jika tidak, bisa terjadi demo, mogok kerja, hingga penelantaran pekerjaan. Tidak ada tawar menawar mengenai kelambatan pembayaran upah.

14. Tak Usah Diajar Itik Berenang

Akhirnya patut menimbang hal ini, tukang terpilih tentunya memiliki keterampilan yang diperoleh dari pengalaman panjang.

Dalam soal teknis tidak perlu terlalu Ikut campur tangan. Tidak perlu mengajari tukang untuk menukang.

15. Pakai Pemborong Profesional

Bila tidak ingin repot mengurusi tenaga kerja, serahkan saja pekerjaan kepada pemborong profesional, berpengalaman, dan terpercaya, kendati berbiaya lebih tinggi.

***

Demikian 15 saran cara menjaga hubungan baik dengan (para) pekerja rumah.

Menjaga hubungan baik, bersahabat, dan bagus dalam berkomunikasi dengan pekerja rumah akan membuahkan kerja produktif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun