Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Pentingnya Worklife Balance demi Hidup Lebih Berkualitas

3 Desember 2022   08:06 Diperbarui: 5 Desember 2022   10:56 1068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah memberikan arahan kepada mandor dan pekerja, saya tiduran di bangku panjang.

Tidak kuat kembali ke mes, maka saya menginap di tempat lebih dekat dengan lokasi proyek. Setelah dua hari di rumah kontrakan mandor, putri sulung saya menjemput. Dan semuanya sudah terlambat!

Terjadi penyempitan pembuluh darah di otak. Mungkin dipicu endapan berbagai faktor: capek, makan tidak terkontrol, sering marah tidak terkendali, kurang istirahat, terlalu banyak merokok dan minum kopi, beban pikiran.

Mengenai pengertian, penyebab, gejala, diagnosis, pengobatan, pemulihan, komplikasi, dan pencegahan dari penyempitan atau pecahnya pembuluh darah dapat dipelajari di sini.

Saya tidak hendak mengulas stroke dari aspek kesehatan, tetapi dari kacamata lingkup pekerjaan atau worklife.

Menurut apa yang saya rasakan, serangan penyakit kronis ini tidak dapat diduga datangnya. Bisa jadi ia merupakan akumulasi dari pola makan buruk, kurang istirahat, rasa capek, beban dan keruwetan pikiran bertumpuk menjadi satu.

Pola Makan. Saking sibuk, jam makan kerap diabaikan. Sekalinya ada jeda, kalap menyantap hidangan yang enak-enak. Apalagi jika harus menjamu pihak tertentu, maka sajian mengandung kolesterol pun disikat.

Padahal nyaris semua jenis makanan sudah pernah disantap. Usia di atas 40 tahun, kata orang, mestinya mengontrol konsumsi makanan. Selain itu makan teratur dengan porsi cukup.

Kurang Istirahat. Nah ini! Pekerjaan sangat menyita waktu, sehingga jika dituruti waktu 24 jam sehari tidak bakal cukup. Jalan keluarnya, atur waktu agar tunduk pada pentingnya kesempatan beristirahat, seperti tidur cukup pada waktunya.

Kesibukan tidak akan pernah menolong ketika terserang penyakit. Oleh karena itu, baiknya menyelesaikan pekerjaan produktif dalam rentang delapan jam kerja pada hari kerja. Sedikit melampaui boleh. Anggap dedikasi.

Lebih dari itu, hargai diri Anda dengan imbalan yang cukup. Bagi pegawai, manfaatkan fasilitas lembur. Bagi pengusaha, manfaatkan quality time bersama keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun