Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pemandu Putih

28 Agustus 2022   20:55 Diperbarui: 28 Agustus 2022   20:57 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Akses masuk dengan pintu kaca es dengan bingkai kayu berwarna putih (dokumen pribadi)

Melewati pintu kaca es dengan bingkai kayu berwarna putih, aku melangkah di atas ubin kuno abu-abu tua mengkilap. Disambut oleh ribuan huruf hasil cetakan digital menempel di dinding. Aku tidak tertarik membacanya.

Akses masuk dengan pintu kaca es dengan bingkai kayu berwarna putih (dokumen pribadi)
Akses masuk dengan pintu kaca es dengan bingkai kayu berwarna putih (dokumen pribadi)

Aku rasa mata wanita penjual tiket masih melekat pada penampilanku. Berusaha membanding-bandingkan. Kecuali turis bule, baru kali ini ada pengunjung berkulit sawo matang berpakaian sekenanya. Barangkali.

Segera setelah memasuki ruangan lebih dalam, lebih remang-remang, kudengar suara pintu kayu berdentam berat. Sebuah bayangan putih berkelebat. Mendampingi langkah kaki menjejak ubin bernuansa dingin.

Aku berhenti sejenak. Ia pun berhenti. Aku melangkah, ia ikut melangkah ke mana kaki melangkah. Memasuki ruang-ruang dingin berbau kayu yang kian mistis, sosok putih itu mengikuti. Mendampingi.

Baiklah rekan. Kau aku anggap pendamping. Pemandu putih yang menemani dalam menjelajahi benda-benda masa lalu, galeri etnobotani dan keanekaragaman hayati Indonesia, batinku.

Pemandu putih setia menemani, sehingga aku tidak merasa kesepian. Ada teman bicara, meski ia tidak menjawab dengan kata-kata bahkan suara.

Aku mengabaikan keingintahuan, mengapa ia tidak bersuara seperti lainnya? Dari mana datangnya?

Semakin memasuki ke dalam, ruang-ruang berliku-liku. Satu ruangan menggambarkan laboratorium kuno dengan mikroskop, tabung reaksi, meja kursi, bahkan mesin ketik antik.

Di kamar lain terdapat lemari kaca menyimpan botol-botol berisi cairan. Keluar dari tempat itu disambut lorong dengan di kiri-kanannya terletak etalase sejarah etnobotani dan keanekaragaman hayati. Pencahayaan yang kurang terang mengesankan suasana misterius.

Lorong dengan suasana mistis (dokumen pribadi)
Lorong dengan suasana mistis (dokumen pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun