Bukan malah sibuk melakukan baby-sitting (mengasuh) putrinya dalam rangka meraih kursi legislatif.
Kondisi Lapangan
Ada baiknya melihat keberadaan Minyakita di tataran kenyataan. Tidak dengan menilik distribusinya secara keseluruhan. Bagi saya, terlalu gede effort-nya!
Saya hanya melihat sepintas rak penjualan dan bertanya selintas kepada pemilik warung juga penjual gorengan. Meliputi tidak lebih dari 5 responden. Bukan kajian ilmiah dengan hanya dua pertanyaan:
- Tahu Minyakita?
- Berapa kini harga minyak goreng?
Selebihnya adalah pengamatan gampang-gampangan.
Senin (11/7/2022) kemarin melihat rak minyak goreng di sebuah toko retail modern. Minyakita tidak tampak, selain minyak goreng sawit yang umum ditemukan di pasaran. Malahan ada minyak goreng dari kelapa.
Dua pedagang nasi uduk dan gorengan menjawab tidak tahu keberadaan Minyakita. Dalam penggunaan, mereka lebih memilih minyak goreng kemasan merek terkenal, daripada minyak goreng curah yang lebih boros dalam pemakaian dan cepat hitam (rusak).
Mengetahui bahwa Minyakita merupakan minyak goreng curah yang dikemas, mereka mikir-mikir untuk memakainya.
Jawaban berbeda disampaikan oleh penjual keliling batagor. Demi menghemat pembelian, ia biasa menggunakan minyak goreng curah. Harga Minyakita Rp 14.000 menarik perhatiannya. Namun sepengetahuannya, produk itu belum ada di warung sekitar.
Pemilik warung kebutuhan sehari-hari dan toko lebih besar mengatakan hal seragam: tidak tahu tentang minyak goreng yang diluncurkan oleh Kementerian Perdagangan Rabu (6/7/2022) pekan lalu.
Mereka menyebut harga eceran minyak goreng kemasan merek tertentu turun Rp 7 ribu, menjadi Rp 22.000 per liter. Minyak goreng curah Rp 16.000 per liter.