“Dari satu desa di daerah Leuwiliang (bagian dari Kabupaten Bogor yang terletak di sebelah barat Kota Bogor-pen).”
Sayangnya ingatan tentang desa penghasil jambu biji itu luntur ditiup angin saat pulang naik angkot.
Setelah menutup cakap angin saya membeli jambu. Mestinya Rp 15 ribu per-kg, tapi saya diberi diskon.
Membayar Rp 25 ribu untuk 2 kilogram jambu merah. Ya. Jambu biji dengan isi berwarna merah, sesuai ditunjukkan oleh buah pajangan yang dipotong.
Bukan jambu dengan tengah berwarna putih yang belakangan tidak pernah saya lihat lagi. Bisa jadi jambu jenis ini sudah punah.
Di bagian lain, ibu-ibu sedang memilih jambu kristal, dengan daging buah berwarna putih dan terasa renyah ketika digigit. Harga ditawarkan sebesar Rp 25 ribu per-kilogram. Harga jadinya adalah Rp 20 ribu per-kilogram.
Tidak salah lagi. Lapak penjualan di seberang sebuah Sekolah Dasar Negeri ini memberikan harga lebih murah dibanding rata-rata harga jambu di Pasar Anyar.
Jambu biji merah terasa segar dimakan begitu saja sebagai buah meja. Atau dipotong-potong sebagai isian sop buah (minuman segar berisi potongan berbagai buah). Boleh juga dijus dan disaring bijinya. Cara penyajian lain adalah disetup, lalu disantap selagi hangat atau ditambahkan es batu. Apa pun caranya, tetap enak.
Rasa jambu biji merah asam-manis menyegarkan, cocok disantap saat cuaca panas setelah pulang dari pasar. Juga mengenyangkan. Ukurannya lumayan. Kira-kira selingkaran bibir cangkir atau lebih. Mungkin ada faedah lain?
Memang benar. Ternyata di dalam sebuah jambu biji (Psidium guajava) terdapat kalori dan nutrisi: serat, kalsium, magnesium, kalium, protein, vitamin C, vitamin A, vitamin K, vitamin E, dan mineral (selenium, zinc, mangan).