“Terserah, my dear.”
Kegembiraan bertimbun-timbun. Dada Rudolfo sesak oleh kebahagiaan.
Tak lama, temannya menghampiri, berkata bahwa sudah waktunya kembali ke kantor. Sedikit limbung, sang gadis turun dari kursi tinggi.
Sigap Rudolfo mencekal erat lengan sang gadis sambil berbisik, “siapa namamu?”
Gadis berwajah pilu menatap mata Rudolfo, tersenyum manis. Sangat manis.
“Vinny.”
Rudolfo menggosok kedua tangannya. Maka dengan demikian, sejak pertemuan malam itu pula, ia berhenti merokok. Berhenti merokok kretek, beralih kepada rokok putih.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!