Rudolfo menyembunyikan ketakjubannya, “Erghhh. Aku sungguh-sungguh. Sekarang, mau minum apa?”
“Illusion, please! Terima kasih,” gadis berwajah pilu menyeru kepada bartender, menghembuskan asap rokok, mengangsurkan bungkus rokok kepada Rudolfo.
Sejenak Rudolfo terperanjat, mengambil sebatang rokok putih. Berujar kepada bartender, “masukkan ke bill saya.”
“Ouw, terima kasih,” sang gadis melemparkan senyum manis.
Dua insan terlibat dalam pembicaraan menyenangkan. Sesekali tergelak dalam kepulan asap rokok putih. Hati Rudolfo berbunga-bunga. Hati gadis berwajah pilu berbunga-bunga.
Mereka mengangkat gelas kaca dan saling membenturkannya, “ting....”
Entah sudah berapa sloki berisi cairan biru tembus pandang mereka teguk. Entah sudah berapa batang rokok putih telah mereka isap. Dua sejoli bercakap dengan akrab.
Satu kali Rudolfo berbisik di telinga sang gadis, mencuri kesempatan menghirup aroma membangkitkan.
“Maukah engkau malam ini aku ajak pergi?”
Bibir gadis berwajah pilu menempel di telinga Rudolfo, mengeluarkan suara lirih, “jemput aku sepulang dari kantor.”
Leher jenjang sang gadis dirangkul, “ke mana kita?”