***
Yumi tersenyum menghitung lembaran merah kaku dengan jemari lembut.Â
Angan dan ingin menjadi gadis model mendekati kenyataan, lamat-lamat bayangan ayahnya berkelebat.
"Ayah, maafkan anakmu. Seandainya Engkau masih ada, aku takkan melakukan ini."
Terisak, air matanya menitik berupa noda di atas sprei putih yang porak-poranda.
Yumi menyendiri dalam sunyi nan sepi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!