Rasa bahagia telah menerbangkan kenangan lama, terkubur dalam genangan.Â
Kegembiraan yang membuatnya nyaman untuk melabuhkan segala hal kepada pria paruh baya itu: keluh kesah, gelisah, gelembung keinginan dan cita-cita.
"Jadi tetap bersikeras untuk bersekolah modeling?"
Yumi menunduk, tersipu, lalu tersenyum malu-malu. Namun terpancar gelisah menggeliat di wajahnya.Â
Wanita pemalu bertubuh langsing yang kerap dicemburui oleh sesama wanita itu berkeinginan mengikuti sekolah modeling, yang relatif singkat dan bisa langsung bekerja menghasilkan uang.Â
Sebuah cita-cita yang mengerucut semata-mata demi menopang bangunan keuangan keluarga yang nyaris roboh.
Dengan sedikit malu penuh ragu, disampaikannya hasrat kepada pria matang yang sedang mengamati paras rupawan. Lelaki berusia 45 tahun itu menghela napas panjang lantas tertegun menatap cicak di plafon yang sedang tertawa sinis.
"Baiklah, aku usahakan," lelaki itu memberikan janji sembari menerawang rekanan yang akan memperoleh proyek konstruksi bernilai miliaran dari Dinas yang dikepalainya.
"Untuk sementara, pegang ini dulu sebagai biaya pendaftaran dan lainnya. Dua juta cukup?"
Senyum mengembang, bola mata indah sontak tertutup kelopak berbulu lentik. Yumi memeluk erat pria yang sudah mulai memutih rambutnya itu.Â
Kebahagiaannya bersemi. Bahagia yang selalu dirindukannya.