Siang terik. Atap seng gelombang membuat tempat itu seperti pemanggang. Angin sepoi-sepoi berhembus menembus baju berkeringat.
"Biasa..," ujar Kasto kepada wanita beranak rambut rebah di dahi mulus nan basah.
Vinny menumpahan isi kopi gula sasetan ke dalam gelas blimbing, menuangkan air termos, lalu mengaduk-aduknya.
"Kelewat! Sepuluh kali....," pekik orang tua tunggal sintal itu.
"Takapa, kau aduk dengan arah sebaliknya dua kali."
Tiga perempat gelas larutan kopi hitam panas diaduk delapan kali adalah minuman favorit Kasto.
Aroma kopi menguar. Sepotong tempe masuk ke dalam mulut. Pengunjung sibuk mengunyah. Sepi melanda. Angin berhembus lirih.
***
Seberkas sinar mengerlip dari bola mata berkedip, "aku buatkan kopi istimewa ya!"
"Tapi...," pandangan Kasto menyapu meja, kosong.
"Kopi ini dibuat khusus untukmu. Kali ini bukan diaduk delapan kali dengan sendok, tapi gelasnya yang berputar-putar sementara sendok pasrah saja," senyum nakal Vinny membuat Kasto tersengat.