Pono mengenang kebahagiaan itu. Sudah lama Ia tidak mendapatkan senyuman tulus dari Bapak mertuanya.
Pono melamun, memandang langit biru, di hadapan penjual mangga arum manis pada sebuah sudut kota Probolinggo, "mau dibungkus berapa kilo?"
Tergagap, Pono menjawab, "lima kilo, tolong pilih yang bagus, matang pohon."
Pono membawa satu kardus mangga arum manis asli dari Probolinggo ke rumah mertuanya, tentu saja setelah memastikan keberadaan mereka.
Senyum mengembang lebar menyambut kedatangan Pono, yang kemudian mencium tangan kedua mertuanya yang sudah dianggap sebagai orang tua sendiri.
Setelah berbasa-basi, Bapak mertua Pono mengambil sebuah mangga arum manis dari kardus. Dipandangnya dengan seksama. Diciumnya dari ujung. Dikupasnya kulit yang tipis, menampakkan daging buah yang segar kemerahan.
"Manis seperti gula. Ini benar-benar mangga arum manis asli dari Probolinggo!"
Pono tersenyum bahagia.
"Sayang Vinny tidak bisa menikmatinya. Ia pergi berlibur ke luar negeri bersama suaminya," ujar Bapak mertua Pono sambil melahap daging buah mangga asli arum manis dari Probolinggo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H