Pada musim panen, pada bulan-bulan tertentu mangga melimpah di pasaran. Mangga favorit Bapak mertuanya, taklain dan takbukan, adalah mangga arum manis.
Pada dasarnya, buah beraroma wangi dan daging berwarna kuning kemerahan itu terasa sangat manis, disukai oleh banyak orang, termasuk Bapak mertua Pono.
Ia enggan memakan mangga lain selain daripada mangga arum manis. Pilihan pula! Di mana yang dimauinya adalah mangga arum manis yang berasal dari Probolinggo, bukan hasil budidaya di tempat selain daerah pesisir Jawa Timur itu.
Bapak mertua Pono paham betul, mana mangga arum manis asli dari Probolinggo atau bukan.
Bagi orang awam semua mangga arum manis tampak sama saja, bedanya hanya pada warna. Hijau berarti belum matang. Kuning artinya mangga siap disantap.
Tapi Bapak mertua Pono melihat warna hijau tua sedikit kuningan sebagai mangga harum manis Probolinggo. Dibauinya ujung buah yang meruncing, bukan pada pangkal yang menguning. Bau wangi di ujung menandakan bahwa buah sudah matang dan asli Probolinggo. Tanda lain, kulitnya cenderung tipis ketika dikupas.
Yang pasti, daging buahnya halus, tidak berserat, dan berwarna kuning agak kemerahan, menandakan kematangan sempurna.
Buah mangga arum manis asli Probolinggo memang baunya harum dan rasanya manis seperti gula.
Pono mendapatkannya dari supermarket khusus yang menjual buah-buahan. Tempat tersebut menjamin keaslian buah mangga arum manis benar-benar dari Probolinggo.
Tanda yang menyolok adalah stiker bulat yang menyatakan buah berasal dari Probolinggo dan matang di pohon. Ciri-ciri lainnya persis seperti yang digambarkan oleh Bapak mertua Pono.
Kadang-kadang Pono membelinya langsung di kota berhawa panas itu jika Pono sedang melakukan perjalanan dinas ke Probolinggo.