Bangunan yang telah dibentuk dengan pergulatan bersama itu, kini telah roboh. Luluh-lantak berkeping-keping melabuhkan serpih-serpih luka beterbangan di sekitar kepala yang berputar-putar kehilangan akal.
Betapa tidak?
Itu semua bermula dari sebuah ihwal remahan rapuh yang senantiasa haus kemanjaan. Sebuah perkenalan yang menjadi titik tolak keruntuhan.
Niko mengenalnya di sebuah keramaian pada sebuah jalan bersejarah di kota budaya itu.
Jalan yang membentang dari utara ke selatan, dari Pal Putih melintasi keraton dan berakhir di panggung Krapyak. Bila ditarik lurus akan membentuk sebuah garis imajiner yang menghubungkan Gunung Merapi dengan Pantai Laut Selatan.
Ia terperangkap dalam kemeriahan memesona di sepanjang jalannya. Di ujung trotoar lebar berjajar warung-warung tenda yang menyajikan masakan angkringan dan olahan lezat lainnya.
Sesudahnya, terdapat berkelompok-kelompok orang yang mempertunjukkan seni tari kontemporer dan musik membahana indah.
Malioboro pada waktu malam adalah tentang menggauli makanan enak dan bergumul dengan kemeriahan penuh perayaan.
Niko sedang menonton aksi sekelompok penampil musik kulintang ketika sebuah tangan halus memegangnya. Seorang gadis manis meraih tangan Niko sembari melompat bersorak-sorai kegirangan.
Sejenak gadis itu tersipu ketika menyadari kekeliruannya, mengira tangan kekar itu milik temannya. Segera dilepasnya tangan berbulu itu dan perhatiannya kembali terpusat kepada pertunjukan musik.
Pandangan Niko terbelah, matanya terpikat kepada sosok gadis elok itu. Betapa indah dipandang di bawah cahaya lampu trotoar yang benderang.
Rambut gelombangnya berkibar ditiup angin jalanan. Parasnya memukau dengan bibir mungil dan kelopak mata yang tertutup saat tertawa senang.
Ketika sedang rehat, gadis itu bersama teman wanitanya duduk di bangku, sambil menunggu pertunjukan pada sesi berikutnya. Mereka sedang menikmati es mambo.Â
Amboi...! Betapa memesona ketika bibir mungil kemerahan menjilati benda dingin itu.
Benak Niko berkeliaran, "betapa beruntungnya sang es mambo. Apapun yang terjadi aku harus berkenalan dengan gadis itu. Meskipun mesti berenang untuk meraihnya bahkan tenggelam untuk mendapatkannya".
Niko yang telah berpengalaman menaklukkan wanita mengambil kesempatan pertama, "ehmmm...berdua saja? Boleh duduk?"
"Silahkan. Kosong kok! Eh..maaf ya mas tentang tadi," gadis itu tersipu malu mempersilahkan.
Niko segera duduk sambil mengangsurkan tangannya, "namaku Niko, kalau boleh tahu siapa nama kalian?"
Sepuluh menit kemudian yang diingat Niko hanya nama gadis manis itu, Vinny. Sedangkan ingatan tentang nama wanita satunya sudah terbang terbawa angin. Mereka bertiga berbincang hangat. Keakraban mulai terjalin.
Bertiga mereka menghayati pertunjukan seni musik kontemporer sesi kedua. Berlanjut dengan obrolan hangat di warung tenda sambil menyantap burung dara goreng dan wedang uwuh)*.
Malam itu Niko pulang dengan riang setelah mengantar Vinny dan temannya ke rumah masing-masing. Bulan purnama yang melamun di antara bintang-bintang malam, tak biasanya, nampak sangat indah.
Malioboro pada waktu malam adalah tentang bunga-bunga bermekaran dalam hati.
Malam berikutnya mereka bertiga menikmati kelezatan makanan di warung tenda dan kemeriahan Malioboro. Dan malam-malam berikutnya lagi, hanya Vinny dan Niko berdua saja, bertamasya mengelilingi kemeriahan merayakan tumbuhnya bunga-bunga dalam taman hati mereka.
Dua sejoli itu saling jatuh cinta. Dua insan mengikatkan diri pada janji asmara paling rahasia. Dua hati melebur menjadi satu dalam ikatan syahdu.
Menyatu tanpa batas, pun tiada sekat seutas benang penghalang raga. Bersama mengarungi gelora yang bergelombang indah dan puncak badai meledak dahsyat dalam alur yang mengayun seirama. Lelah yang membahagiakan.
Benih-benih suci Niko telah berenang lalu tenggelam ditelan gelora sukacita gelombang cinta Vinny. Berkali-kali pada setiap kesempatan dalam kesempitan.
Tibalah saatnya masa bahagia yang dirasakan semua calon ibu, satu benih berhasil mencapai persemaian subur dan kemudian mengembrio. Vinny ingin mengabarkannya kepada Niko.
Di ruang tamu yang dingin dan hening itu ia tak sabar menunggu lelaki yang dicintainya pulang dari kantor. Terdengar suara mobil memasuki halaman rumah, menandakan kepulangan Niko.
Pria itu tersedak ketika hendak mengucapkan salam di muka pintu ruang tamu yang terbuka lebar-lebar. Ia melihat pemandangan yang menakjubkan sekaligus membuat akalnya hilang dari kepala.
Tiba-tiba saja ia teringat akan sebuah adagium, bahwa yang terkejam itu adalah mata wanita: sekali matanya menatap dengan tajam se tajam-tajamnya, maka engkau akan kehilangan segalanya!
Seorang wanita, dimana bersamanya ia telah membangun mahligai rumah tangga, menatap bagai sebilah sembilu paling tajam di seluruh dunia menusuk-nusuk kalbu Niko.Â
Di sebelah istrinya tersebut, Vinny sedang menundukkan pandangan.
Atmosfer ruang tamu itu terasa amat hangat berserempak dengan meredupnya senja.Â
Malioboro pada waktu malam adalah tentang kekisruhan yang meruntuhkan.
~~Selesai~~
)* wedang uwuh adalah minuman panas khas Jogja bercitarasa manis pedas (dari jahe) dan berwarna merah (dari secang).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI