Malam berikutnya mereka bertiga menikmati kelezatan makanan di warung tenda dan kemeriahan Malioboro. Dan malam-malam berikutnya lagi, hanya Vinny dan Niko berdua saja, bertamasya mengelilingi kemeriahan merayakan tumbuhnya bunga-bunga dalam taman hati mereka.
Dua sejoli itu saling jatuh cinta. Dua insan mengikatkan diri pada janji asmara paling rahasia. Dua hati melebur menjadi satu dalam ikatan syahdu.
Menyatu tanpa batas, pun tiada sekat seutas benang penghalang raga. Bersama mengarungi gelora yang bergelombang indah dan puncak badai meledak dahsyat dalam alur yang mengayun seirama. Lelah yang membahagiakan.
Benih-benih suci Niko telah berenang lalu tenggelam ditelan gelora sukacita gelombang cinta Vinny. Berkali-kali pada setiap kesempatan dalam kesempitan.
Tibalah saatnya masa bahagia yang dirasakan semua calon ibu, satu benih berhasil mencapai persemaian subur dan kemudian mengembrio. Vinny ingin mengabarkannya kepada Niko.
Di ruang tamu yang dingin dan hening itu ia tak sabar menunggu lelaki yang dicintainya pulang dari kantor. Terdengar suara mobil memasuki halaman rumah, menandakan kepulangan Niko.
Pria itu tersedak ketika hendak mengucapkan salam di muka pintu ruang tamu yang terbuka lebar-lebar. Ia melihat pemandangan yang menakjubkan sekaligus membuat akalnya hilang dari kepala.
Tiba-tiba saja ia teringat akan sebuah adagium, bahwa yang terkejam itu adalah mata wanita: sekali matanya menatap dengan tajam se tajam-tajamnya, maka engkau akan kehilangan segalanya!
Seorang wanita, dimana bersamanya ia telah membangun mahligai rumah tangga, menatap bagai sebilah sembilu paling tajam di seluruh dunia menusuk-nusuk kalbu Niko.Â
Di sebelah istrinya tersebut, Vinny sedang menundukkan pandangan.
Atmosfer ruang tamu itu terasa amat hangat berserempak dengan meredupnya senja.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!