"Siap untuk diperiksa hidup Anda selama di dunia."
Jujur memegang erat lengan kursi. Badannya bergetar. Menatap takut campur tak yakin ke sosok berwibawa di hadapannya. Kalau benar ini akhirat, sosok di depannya tak memperlihatkan tanda-tanda seorang malaikat, orang ini tak bersayap, bahkan memakai kemeja tak ubahnya pegawai kantor di dunia.
"Tidak usah heran, malaikat yang bertanya di akhirat memang disesuaikan dengan keadaan si mati, biar tidak terlalu kaget menghadapi audit dari kami."
Ya, positif, ini malaikat! Orang, eh malaikat ini jelas bisa membaca isi pikiranku.
"Audit?" Jujur memastikan kalau ia tak salah dengar.
"Ya, kehidupan Anda di dunia akan kami audit, karena kami adalah auditor akhirat, dari BPK."
"Tuan Malaikat dari BPK juga?"
"Kalau Anda dari Badan Pemeriksa Keuangan, sedangkan kami dari Badan Pemeriksa Keimanan."
***
Peluh sebesar jagung keluar dari kening Jujur. Sebagai auditor, ia yang biasanya mengaudit kini malah akan diaudit. Bagaimana pula kriteria audit keimanan ini? Ia benar-benar takut.
"Kriteria penilaian kami sederhana, melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya di setiap aspek kehidupan."