Mohon tunggu...
buaya dayat
buaya dayat Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas (Iklan, skenario, dll.)

Penulis lepas yang menulis apa saja sesuai kata hati dan bisa berkompromi menulis apa pun sesuai permintaan klien.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Auditor dari Akhirat

21 Januari 2025   06:05 Diperbarui: 21 Januari 2025   06:05 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Film dirinya terus berlanjut, membuat Jujur semakin takut, karena dia tahu pasti peristiwa apa yang menunggu di depan. Saat posisi Jujur Setiawan semakin tinggi.

Benarlah kata pepatah, 'semakin tinggi pohon, semakin keras juga anginnya'. Semakin tinggi posisi Jujur, semakin keras juga godaan yang didapatkannya. Waktu itu Jujur sudah menikah dan punya anak satu. Jujur bisa menahan nafsu dirinya pribadi saat dihadapkan dengan godaan uang. Tapi, rengekan anak dan istri adalah jenis ujian yang lebih susah dihadapi.

"Pak Bondan itu tiap tahun bolak-balik liburan ke luar negeri loh sama keluarganya. Padahal posisinya di kantor kan tinggian kamu, Mas?"

"Pa, mobil kita kok nggak nambah-nambah sih, si Kevin aja udah punya tiga. Aku lihat sendiri waktu main ke rumahnya."

Jujur bergetar melihat tayangan dirinya yang akhirnya tergoda. Celah keluarga inilah yang dijadikan strategi bagi para penyuap. Mereka tidak menyerahkan uang secara langsung, tapi dibungkus dengan mulus dalam bentuk paket liburan sekeluarga ataupun paket pembelian kendaraan.

Betapa bangganya istri dan anak Jujur, setiap tahun menampilkan gambar liburan yang instragamable. Mulai dari Disneyand hingga Iceland, dari Patung Liberty hingga Sidney. Mobil pun bertambah, hingga Jujur harus memperluas garasi di rumahnya

Durasi film kehidupannya terus berjalan, membuat Jujur semakin malu. Uang suap yang tadinya ia terima malu-malu, mulai ia tagih tanpa tahu malu. Memasuki usia pertengahan 40-an, di mata manusia Jujur seolah menjelma manusia paripurna. Ia kaya materi dan kaya hati, di tampilan luar, jidatnya menghitam seolah dekat dengan agama.

Jujur mencoba berjalan di antara pahala dan dosa, menyiasati hukum Tuhan. Setiap uang suapan selalu dia sisihkan sebagian untuk panti asuhan. Setiap pergi liburan hura-hura, selalu diiringi ibadah umroh di tahun yang sama. Ia dicintai atasan dan bawahan, karena tak lupa memberi mereka cipratan uang hasil korupsi.

"Anda mengira malaikat pencatat bisa Anda bohongi, cctv kami tidak hanya mencatat perbuatan, tapi juga mencatat niat di dalam hati Anda." Narator malaikat menyisipkan sindiran tanpa emosi.

Jujur hanya bisa menangis tersedu, berharap waktu bisa diulang kembali. Berharap ia tidak mengkhianati kejujuran angka dengan mengutak-ngatiknya sesuai pesanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun