Jujur ingat sekarang, Bu Erlin, guru matematikanya merasa kagum dengan kejujurannya. Bukannya memberi hukuman, gurunya tersebut malah memberinya les matematika secara gratis. Akhirnya, pelajaran matematika yang tadinya ditakuti Jujur malah menjadi pelajaran favoritnya.
"Angka itu tidak pernah berbohong, selalu jujur seperti namamu, manusialah yang membuatnya bisa berbohong," itulah petuah Bu Erlin yang selalu dia ingat.
***
"Sekarang kita memasuki umur Anda memasuki 21 tahun, awal masa kerja Anda di BPK, Badan Pemeriksa Keuangan. Anda yang bersahabat dengan angka sejak SMP bisa lulus dari STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara) dengan nilai cemerlang. Sebagai auditor muda, Anda sangat dipercaya oleh atasan Anda waktu itu."
Terlihat layar menampilkan ia duduk di ruangan Pak Binsar, auditor utama yang mengawasi kinerjanya secara khusus.
"Jujur, agaknya sudah menjadi takdir kamu masuk ke BPK ya, agar nama kamu bisa mencerminkan kualitas pegawai di sini. Ini adalah tempat paling gampang untuk tersesat, cuma punya dua pilihan, menjadi setan atau malaikat."
Di film itu pun tampillah montase masa kerja Jujur di BPK yang penuh warna. Ada beberapa godaan dan arahan dari lembaga negara yang mau diaudit, tapi Jujur tetap bertahan untuk jujur. Ia masih ingat pesan Bu Erlin dan Pak Binsar. Hitungan angka akan selalu jujur jika manusianya punya integritas.
***
Film kehidupannya fast forward secara cepat, saat ia kembali berada di ruang kerja Pak Binsar. Bedanya, ini adalah saat Pak Binsar menjelang memasuki masa pensiun.
"Kamu masih muda, tolong jangan lepaskan kejujuran dari dirimu, saya mengajukan pada pimpinan agar kamu jadi auditor utama menggantikan saya," Pak Binsar memandang dirinya dengan penuh harapan.
Waktu itu Jujur mengangguk mantap, ia menjadikan Pak Binsar sebagai teladan. Kejujuran Pak Binsar jelas terlihat, dibandingkan auditor utama yang lain, bisa dibilang hidup Pak Binsar yang paling biasa-biasa saja. Ya, Pak Binsar pernah bilang sambil bercanda, kalau mau jadi malaikat harus siap untuk hidup 'melarat'.