Apalagi ketika jembatan penyeberangan ke masjid runtuh, mereka harus berangkat lebih awal, karena untuk ke masjid harus naik perahu.
Tidak peduli semalaman melaut, shalat shubuh harus di masjid dan tepat waktu. Sekalipun, seperti si Malim, yang tertidur saat sujud, tapi ia tetap datang tepat waktu di saat subuh.
Di saat subuh itulah terjadi suasana dan cengkrama yang hebat antar warga.
Â
Badai
Nenek moyangku orang pelautÂ
Gemar mengarusi Samudera
Menerjang Ombak Tiada Takut
Menempuh Badai Sudah Biasa
Â
Soal nelayan adalah orang-orang yang sangat tangguh, itu juga benar benar sekali. Selama membaca buku ini, yang terbayang di benak saya adalah suasana dan kawan-kawan dari Milango, Desa Pentadu Timur, dan dari Dulango, Desa Pentadu Barat, di Kecamatan Tilamuta, Kabupaten Boalemo-Gorontalo, dengan suasana kampung dan kehidupan sehari-hari yang langsung menempel dengan laut.