Semiotika secara umum adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda-tanda. Dalam kajian semiotika, fenomena sosial dalam masyarakat dan budaya adalah tanda-tanda, semiotika mengkaji sistem, aturan, dan konvensi yang memberi makna pada tanda-tanda tersebut. Ada dua paradigma dalam penelitian semiotik, yaitu paradigma konstruktif dan paradigma kritis.
Definisi semiotika oleh Prof. Dr. H. Mansoer Pateda (ahli bahasa dan leksikograf Indonesia Provinsi Gorontalo dan Guru Besar Universitas Negeri Gorontalo).
menunjukkan bahwa setidaknya ada sembilan jenis semiotika, yaitu:
a) Semiotika analitik, yaitu semiotika yang menganalisis sistem tanda. Pierce menyatakan bahwa semiotika adalah objek dari tanda dan mereka yang menganalisisnya menjadi ide, objek, dan makna. Ide dapat digabungkan menjadi simbol sedangkan makna adalah muatan yang terkandung dalam simbol yang berkaitan dengan objek tertentu.
b) Semiotika deskriptif, yaitu. sebuah semiotika yang memperhatikan sistem tanda yang sekarang kita alami, meskipun ada tanda-tanda yang selalu seperti yang kita lihat sekarang. Misalnya, langit mendung menandakan akan segera turun hujan, dan akan selalu turun. Ketika ombak menjadi putih di tengah laut, itu berarti ada ombak besar di laut. Namun, dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, orang telah menciptakan banyak merek untuk memenuhi kebutuhan mereka.
c) Semiotika fauna (zoosemiotika), yaitu. semiotika, yang memberikan perhatian khusus pada sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan. Hewan biasanya menghasilkan tanda-tanda untuk berkomunikasi satu sama lain, tetapi seringkali juga tanda-tanda yang dapat ditafsirkan oleh manusia. Misalnya, ayam yang berteriak menandakan bahwa ia telah bertelur atau takut akan sesuatu. Tanda-tanda yang dihasilkan oleh hewan semacam itu menjadi perhatian orang-orang yang bekerja di bidang semiotika satwa liar.
d) Semiotika budaya, yaitu semiotika yang mengkaji sistem tanda yang secara khusus berlaku dalam budaya tertentu. Diketahui bahwa manusia sebagai makhluk sosial memiliki sistem budaya tertentu yang dilestarikan dan dihormati secara turun-temurun. Suatu kebudayaan yang tertanam dalam suatu masyarakat, yang juga merupakan suatu sistem, menggunakan ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan masyarakat lain.
e) Semiotika naratif, yaitu. semiotika yang mengkaji sistem tanda dalam cerita berupa mitos dan tradisi lisan (folklore). Mitos dan tradisi lisan diketahui, beberapa di antaranya memiliki nilai budaya yang tinggi.
f) Semiotika alam, i. H. Semiotika, yang secara khusus mempelajari sistem tanda yang dihasilkan oleh alam. Air sungai yang keruh menandakan bahwa di hulu turun hujan dan daun-daun di pepohonan menguning dan rontok. Alam non-manusia, seperti banjir atau tanah longsor, memberi tanda kepada manusia bahwa manusia telah merusak alam.
g) Semiotika standar, i. H. Semiotika, yang membahas secara khusus sistem tanda yang diciptakan oleh manusia dalam bentuk standar, seperti rambu jalan. Di gerbong kereta sering kali dipasang tanda yang artinya dilarang merokok.
h) Semiotika sosial, yaitu semiotika yang secara khusus menganggap sistem tanda yang diproduksi manusia berupa simbol, dan simbol berupa kata dan simbol berupa kata sebagai satuan yang disebut kalimat. Buku Halliday (1978) berjudul Language Social Semiotics. Dengan kata lain, semiotika sosial mempelajari sistem tanda yang terkandung dalam bahasa.