Mohon tunggu...
Bryan RizkyBudianto
Bryan RizkyBudianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA , UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA BARAT

NAMA:BRYAN RIZKY BUDIANTO NIM:41521010047 UNIVERSITAS MERCUBUANA Mata kuliah: pendidikan anti korupsi dan etik DOSEN :Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Cara Memahami Komunikasi dengan Pendekatan Semiotika

4 April 2023   14:38 Diperbarui: 4 April 2023   14:47 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto | URL : https://en.wikipedia.org/wiki/Charles_Sanders_Peirce

Apakah kalian tahu apa itu  semiotika ? ,berikut ulasanya

Sejarah semiotika

Semiotika atau semiologi adalah istilah yang mengacu pada ilmu yang sama. Istilah semiologi lebih umum digunakan di Eropa, sedangkan semiotika umum digunakan oleh para sarjana Amerika. Semiotika berasal dari bahasa Yunani, yaitu semeion, yang berarti "tanda", atau dalam bahasa Inggris sign, yang berarti "sinyal". Semiotika dikenal sebagai ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti bahasa, kode, sinyal, dan bahasa manusia. Semiotika juga mencakup konsep ilmu yang berkaitan dengan produksi tanda dan simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain. Semiotika meliputi tanda-tanda visual dan verbal yang dapat diinterpretasikan, setiap tanda atau isyarat yang dapat dipahami dengan menggunakan seluruh panca indra kita sebagai pembicara dan lawan bicara.

Dalam konteks semiotika, semua komunikasi dipandang sebagai pesan yang dikirim dan diterima melalui beberapa tanda yang berbeda. Aturan kompleks untuk menggabungkan pesan-pesan ini ditentukan oleh kode sosial yang berbeda. Berdasarkan hal tersebut, semua bentuk ekspresi seperti musik, film, fashion, makanan dan sastra dapat dianalisis sebagai sistem tanda. Tahapan perkembangan semiotika dari masa ke masa

Perkembangan semiotika dimulai pada zaman kuno, Abad Pertengahan, Renaisans, dan zaman modern. Penulis memaparkan perkembangan semiotika sebagai berikut:

 

a) Jaman dahulu

Ahli semiotik kuno adalah Plato (427-347 SM), Aristoteles (384-322 SM), Stoa (300-200 SM) dan Epicurean (300 SM - abad ke-1 SM).

.

1) Plato (427-347 SM)

Menurut Plato, semiotika adalah tanda-tanda verbal yang alami atau konvensional pada masyarakat tertentu, hanya berupa representasi ide yang tidak lengkap, kajian kata-kata tidak mengungkapkan sifat sebenarnya dari objek karena dunia ide tidak terkait erat dengannya. . . Representasi dalam bentuk kata, perkataan dan informasi yang disampaikan dengan tanda bersifat tidak langsung dan kualitasnya lebih rendah daripada informasi langsung.

2) Aristoteles (384-322 SM)

Menurut Aristoteles, semiotika adalah tanda-tanda tertulis berupa lambang-lambang lisan, bunyi-bunyi lisan adalah tanda-tanda dan lambang-lambang gambaran atau kesan. Gambaran atau kesan mental menyerupai objek nyata, dan gambaran mental tentang peristiwa atau objek adalah sama untuk semua orang, tetapi bahasa tidak.

3) Stoa (300-200 SM)

Menurut Bochenski (1669), kaum Stoa mengkonseptualisasikan teori tanda dalam tiga komponennya, yaitu material atau penanda (signier), makna atau petanda (signita), dan objek eksternal. Penanda dan objek didefinisikan sebagai entitas material, sedangkan makna dipandang sebagai sesuatu yang tertanam di dalamnya. Tanda-tanda dibagi menjadi tanda-tanda memori dan informasi.

4) Epicurean (300 SM - abad ke-1 M)

Teori yang terkenal dari orang-orang ini adalah epistemologi materialis, yaitu, yang kita rasakan hanyalah kesan yang diterima pikiran kita dari citra atom permukaan benda nyata, atau dengan kata lain, materi sebagai sebuah konsep. Jadi tanda ini sebagai data alam mewakili sesuatu yang tidak bisa dilihat atau dirasakan.

B.Abad Pertengahan

Ciri utama Abad Pertengahan adalah zaman keemasan para filsuf Kristen, terutama Patristik dan Skolastik. Pada abad ini, perkembangan filsafat bahasa menempuh dua arah, yaitu dengan mendefinisikan tata bahasa sebagai pilar pendidikan Latin dan bahasa Latin sebagai pusat segala pendidikan. Kedua, sistem pemikiran dan pendidikan filosofis saat itu sangat mengenal teologi, oleh karena itu analisis filosofis diungkapkan melalui analisis linguistik. Pendidikan abad pertengahan didasarkan pada tujuh sistem sebagai pilar utama dan bersifat liberal. Tujuh dasar pendidikan liberal dibagi menjadi trivium (tata bahasa, logika dan retorika) dan quadrivium (aritmatika, geometri, astronomi dan musik).

C. Masa Renaisans

Renaisans berarti "kelahiran kembali". Secara historis, renaisans adalah gerakan yang mencakup era di mana orang merasa terlahir kembali dalam peradaban. Renaisans ditandai dengan upaya merevitalisasi budaya Yunani-Romawi.

Pada masa Renaisans, keberadaan teori tanda tidak mengalami inovasi yang berarti. Sementara sebagian besar penelitian semiotik masih merupakan bagian dari perkembangan linguistik masa lalu.

D.Era Modern

Perkembangan dari zaman kuno hingga Renaisans adalah modernitas. Perkembangan penting di era ini adalah munculnya sains modern, berdasarkan metode eksperimen dan matematika. Perkembangan filsafat saat ini ditandai dengan hadirnya Pencerahan. Di era modern ini, muncul berbagai pemikir yang mampu mengubah dunia, terutama yang belakangan berkembang dalam ilmu pengetahuan. Filsafat bahasa juga lahir pada periode ini dalam kaitannya dengan bahasa. Beberapa aliran muncul pada masa ini, yaitu aliran rasionalisme dengan tokohnya yang terkenal Ren Descartes (bapak filsafat modern), aliran empirisme dengan tokohnya Thomas Hobbes, John Locke dan David Hume. Sekolah kritik Immanuel Kant dan August Comte seperti pendiri positivisme.

Definisi semiotika

Semiotika atau ilmu tanda (juga disebut semiotika dan semiologi dalam tradisi Saussure) adalah studi tentang makna keputusan. Ini termasuk studi tentang tanda dan proses tanda (semiosis), bentuk sapaan, nama, perumpamaan, analogi, metafora, simbolisme, makna dan komunikasi. Semiotika terkait erat dengan linguistik, yang sebagian mempelajari struktur dan makna bahasa yang lebih halus. Berbeda dengan linguistik, bagaimanapun, semiotika juga mengkaji sistem tanda non-linguistik. Semiotika dibagi menjadi tiga cabang, yaitu:

* semantik:

hubungan antara tanda dan hal-hal yang mereka lihat; nama atau makna mereka

* Sintaks:

hubungan antara tanda-tanda dalam struktur formal

* Pragmatis:

hubungan antara tanda dan agen yang menggunakan tanda

Secara etimologis, kata "semiotika" berasal dari bahasa Yunani "simeon", yang berarti tanda. Sementara itu, kata "semiotika" juga dapat diturunkan dari kata bahasa Inggris, yaitu "semiotika". Nama lain dari semiotika adalah semiologi. Ditinjau secara terminologis, semiotika kemudian dapat didefinisikan sebagai studi tentang tanda. Tanda itu sendiri dianggap sebagai dasar konvensi sosial dan memiliki makna tertentu.

Semiotika secara umum adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda-tanda. Dalam kajian semiotika, fenomena sosial dalam masyarakat dan budaya adalah tanda-tanda, semiotika mengkaji sistem, aturan, dan konvensi yang memberi makna pada tanda-tanda tersebut. Ada dua paradigma dalam penelitian semiotik, yaitu paradigma konstruktif dan paradigma kritis.

Definisi semiotika oleh Prof. Dr. H. Mansoer Pateda (ahli bahasa dan leksikograf Indonesia Provinsi Gorontalo dan Guru Besar Universitas Negeri Gorontalo).

menunjukkan bahwa setidaknya ada sembilan jenis semiotika, yaitu:

a) Semiotika analitik, yaitu semiotika yang menganalisis sistem tanda. Pierce menyatakan bahwa semiotika adalah objek dari tanda dan mereka yang menganalisisnya menjadi ide, objek, dan makna. Ide dapat digabungkan menjadi simbol sedangkan makna adalah muatan yang terkandung dalam simbol yang berkaitan dengan objek tertentu.

b) Semiotika deskriptif, yaitu. sebuah semiotika yang memperhatikan sistem tanda yang sekarang kita alami, meskipun ada tanda-tanda yang selalu seperti yang kita lihat sekarang. Misalnya, langit mendung menandakan akan segera turun hujan, dan akan selalu turun. Ketika ombak menjadi putih di tengah laut, itu berarti ada ombak besar di laut. Namun, dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, orang telah menciptakan banyak merek untuk memenuhi kebutuhan mereka.

c) Semiotika fauna (zoosemiotika), yaitu. semiotika, yang memberikan perhatian khusus pada sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan. Hewan biasanya menghasilkan tanda-tanda untuk berkomunikasi satu sama lain, tetapi seringkali juga tanda-tanda yang dapat ditafsirkan oleh manusia. Misalnya, ayam yang berteriak menandakan bahwa ia telah bertelur atau takut akan sesuatu. Tanda-tanda yang dihasilkan oleh hewan semacam itu menjadi perhatian orang-orang yang bekerja di bidang semiotika satwa liar.

d) Semiotika budaya, yaitu semiotika yang mengkaji sistem tanda yang secara khusus berlaku dalam budaya tertentu. Diketahui bahwa manusia sebagai makhluk sosial memiliki sistem budaya tertentu yang dilestarikan dan dihormati secara turun-temurun. Suatu kebudayaan yang tertanam dalam suatu masyarakat, yang juga merupakan suatu sistem, menggunakan ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan masyarakat lain.

e) Semiotika naratif, yaitu. semiotika yang mengkaji sistem tanda dalam cerita berupa mitos dan tradisi lisan (folklore). Mitos dan tradisi lisan diketahui, beberapa di antaranya memiliki nilai budaya yang tinggi.

f) Semiotika alam, i. H. Semiotika, yang secara khusus mempelajari sistem tanda yang dihasilkan oleh alam. Air sungai yang keruh menandakan bahwa di hulu turun hujan dan daun-daun di pepohonan menguning dan rontok. Alam non-manusia, seperti banjir atau tanah longsor, memberi tanda kepada manusia bahwa manusia telah merusak alam.

g) Semiotika standar, i. H. Semiotika, yang membahas secara khusus sistem tanda yang diciptakan oleh manusia dalam bentuk standar, seperti rambu jalan. Di gerbong kereta sering kali dipasang tanda yang artinya dilarang merokok.

h) Semiotika sosial, yaitu semiotika yang secara khusus menganggap sistem tanda yang diproduksi manusia berupa simbol, dan simbol berupa kata dan simbol berupa kata sebagai satuan yang disebut kalimat. Buku Halliday (1978) berjudul Language Social Semiotics. Dengan kata lain, semiotika sosial mempelajari sistem tanda yang terkandung dalam bahasa.

i) Semiotika struktural, yaitu semiotika yang mengkaji secara khusus sistem tanda, yang memanifestasikan dirinya melalui struktur bahasa.

jenis karakter

Selain berdasarkan nalar, berdasarkan objek semiotik atau denotatum, menurut Peirce ada tiga jenis tanda yaitu ikon, indeks dan simbol.

1. Simbol 

Simbol adalah sesuatu yang bertindak sebagai tanda, mirip dengan bentuk suatu benda. Di dalam simbol, hubungan antara penanda dan petanda memiliki beberapa ciri umum. Sebuah peta atau lukisan bisa disebut ikon karena menyerupai sebuah objek. Contoh lain adalah rambu-rambu jalan seperti "Hati-hati, banyak anak-anak!". Mereka semua memiliki kemiripan optik atau dapat juga digambarkan sebagai tiruan dari suatu objek.

2. Indeks

 Indeks adalah tanda yang memiliki hubungan eksistensial dengan petanda atau objeknya, atau dengan sesuatu yang berfungsi sebagai tanda yang menunjuk pada sebuah tanda. Dalam indeks, hubungan antara penanda dan petanda bersifat nyata dan nyata. Misalnya bau kentut pertanda ada orang yang baru saja kentut di tempat tersebut, tanda panah yang menunjuk ke kanan termasuk "SOLO 20 KM" merupakan indikasi bahwa kota Solo berjarak 20 kilometer di sebelah kanan letaknya, z sebagai dan tombol atau tautan di situs adalah indeks yang mengarah ke halaman web yang ditentukan.

3. Simbol

 Simbol adalah tanda yang disepakati. Tanda linguistik biasanya berupa simbol. Jadi, simbol adalah tanda yang sudah memiliki aturan atau konvensi yang biasa diikuti. Lambang ini tidak bersifat global karena setiap daerah memiliki lambang masing-masing karena adat istiadat suatu daerah bisa jadi tidak sama dengan adat daerah lain. Simbol salib putih dengan latar belakang merah berarti disepakati secara internasional bahwa tanda itu berarti "berhenti" atau pintu masuk.

Sistem Semiotika 

Sistem semiotik dibagi menjadi tiga kelompok subsistem: semiotika pragmatis, sintaksis, dan semantik.

1. Semiotik-Pragmatis (Semiotik-Pragmatis)

Semiotik-Pragmatis menjelaskan asal-usul tanda, kegunaan tanda bagi penggunanya dan pengaruh tanda terhadap mereka yang menafsirkannya, dalam batas-batas perilaku subjek. Dalam arsitektur, semiotika pragmatis adalah kajian tentang pengaruh arsitektur (sebagai sistem tanda) terhadap manusia dalam penggunaan bangunan. Semiotika pragmatis arsitektur memengaruhi perasaan manusia dan perasaan pribadi (daya tahan, postur, otot, dan persendian). Hasil karya arsitektur diinterpretasikan

sebagai hasil observasi, hasil observasi tersebut kemudian dapat memberikan dampak bagi yang melihatnya sebagai pengguna saat menggunakan karya arsitektur tersebut. Dengan kata lain, karya arsitektur adalah bentuk-bentuk yang dapat mempengaruhi penggunanya.

Contoh:

Ambulans melaju di jalan raya, membunyikan sirenenya dan menyalakan lampu merah, menandakan bahwa orang yang terluka telah dibawa ke rumah sakit, menyebabkan pengguna jalan yang mendengarnya berbalik arah.

2. Semiotika sintaksis (sintaksis semiotik)

Semiotika sintaksis menjelaskan kombinasi tanda-tanda tanpa memperhatikan makna atau hubungannya dengan perilaku subjek. Semiotika sintaksis ini mengabaikan efek konsekuensi pada subjek penafsir. Dalam arsitektur, semiotika sintaksis adalah pemeriksaan terhadap pembentukan arsitektur sebagai campuran dan kombinasi dari sistem tanda yang berbeda. Hasil karya arsitektur dapat digambarkan secara komposisi dan hubungan antar bagian secara keseluruhan dapat dijelaskan dengan jelas.

Contoh:

Beberapa tahun lalu, iklan Bank Muamalat menampilkan gambar visual pemuda bertopi yang dipadukan dengan etnis dan anjing peliharaan. Iklan ini ingin mengomunikasikan bahwa pelanggannya adalah pluralis, bukan hanya kelompok muslim

3. Semiotika semantik (semiotic semantics)

 Semiotika semantik menjelaskan makna suatu karakter menurut makna yang ditransmisikan. Dalam arsitektur, semantik semiotik adalah melihat sistem tanda yang dapat sesuai dengan makna yang ditransmisikan. Hasil karya arsitektural tersebut merupakan bentukan makna yang disampaikan oleh perancang

ekspresi keberadaan. Bentuk itu pada gilirannya ditafsirkan sebagai hasil dari persepsi pemirsa. Implementasi makna desain dapat dikatakan berhasil jika makna atau makna yang disampaikan oleh desainer melalui denah dapat dipahami dan diterima secara wajar oleh yang melihatnya, jika ungkapan yang disampaikan oleh desainer sesuai dengan persepsi penggunanya. rencana dari pengamat.

* Misalnya:

Sirene untuk ambulans, mobil polisi, dan mobil pemadam kebakaran.

- Sirene ambulans berarti orang yang malang sedang diangkut ke rumah sakit.

- Sirene di mobil polisi berhenti di depan sekelompok pejabat karena sirene itu menandakan bahwa pejabat itu sedang lewat.

- Sirene pemadam kebakaran menandakan adanya kebakaran

Pendapat para tokoh semiotika

 

Charles Sanders Pierce

Menurut Pierce, tanda-tanda dalam semiotika akan selalu melibatkan logika, terutama logika manusia, untuk menalar tentang tanda-tanda yang ada di sekitarnya. Pierce membagi tanda menjadi tiga hal, yaitu ikon, indeks, dan simbol.

Menurut Pierce, ada analisis terkait sifat tanda yang mengarah pada pembuktian bahwa setiap tanda ditentukan oleh objeknya:

* Mengkonversi ke karakter dalam bentuk simbol bila diikuti dengan jenis objek.

* Biarlah ada tanda berupa indeks, jika realitas dan keberadaannya terkait dengan objek individual.

* Menjadi tanda dalam bentuk simbol ketika sesuatu diinterpretasikan sebagai objek yang signifikan karena adat yang berlaku. Pierce juga membagi karakter menjadi sepuluh jenis berdasarkan semiotika model segitiga, yaitu:

1. Kualifikasi, mis. pengidentifikasi merek Misalnya:

"suara keras" berarti orang tersebut sedang marah.

2. Tanda ikonik dosa, yaitu tanda yang menunjukkan keserupaan. Contoh:

Foto, surat, peta, dan lainnya.

3. Tanda Indeks Rematik, tanda berdasarkan pengalaman langsung. yang menarik perhatian secara langsung karena kehadirannya disebabkan oleh sesuatu. Contoh:

Pantai dengan bendera tengkorak dan tulang bersilang berarti ada seseorang yang bunuh diri di tempat itu. 4. Dicent Sign, tanda yang memberikan informasi tentang sesuatu. Contoh:

Tidak ada tanda masuk di pintu kantor.

5. Tanda Hukum Ikonik, yaitu tanda yang memberikan informasi tentang standar atau hukum. Contoh:

Tanda-tanda jalan.

6. Tanda baca indeks rematik, yaitu tanda yang mengacu pada objek tertentu yang disertai dengan kata ganti penunjuk. Contoh:

"Mana cerminku?" dan kemudian menjawab "Ya!"

7. Dicent Indexical Legissign yaitu tanda pengetahuan yang bermakna dan berhubungan dengan subjek pengetahuan. Contoh:

Lampu merah di ambulans akan menyala, menandakan ada orang di dalam mobil yang sakit dan perlu segera dibawa ke rumah sakit.

8. Simbol rematik, i. H. suatu tanda yang dihubungkan dengan objeknya oleh asosiasi pemikiran umum.

9. Dicent Symbol, tanda yang dihubungkan langsung dengan objek melalui asosiasi otak. Contoh:

seseorang berkata "Pergilah!". Saat kita mendengarnya, meski hanya berupa suara, otak kita mengartikannya saat tertulis, membentuk kalimat dengan tanda seru.

10. Argumen, yaitu tanda-tanda yang berhubungan dengan sesuatu karena alasan tertentu.


 Ferdinan de Saussure

ferdinand-de-saussure-642bd2054addee70233905f2.jpg
ferdinand-de-saussure-642bd2054addee70233905f2.jpg
 

Sumber foto | URL: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Ferdinand_de_Saussure.jpg

 

 

Gagasan tentang dikotomis (Bahasa-Parole) sangat penting dalam pemikirannya dan pasti sangat mengubah linguistik sebelumnya. Bahasa adalah abstraksi dan artikulasi bahasa pada tingkat sosial budaya. Bersyarat adalah ekspresi bahasa pada tingkat individu. Saussure juga mengungkapkan bahwa ada dua hubungan dalam semiotika, penanda dan petanda.

 

Tanda (sign) adalah bunyi atau garis yang bermakna. Penanda adalah sisi material dari bahasa. Pada saat yang sama, maknanya adalah gambar, pemikiran, atau konsep. Jadi makna adalah sisi mental dari bahasa.

 

Gagasan lain dari Saussure adalah analisis sistem tanda sinkronis dan diakronis. Sistem karakter sinkron adalah analisis sistem karakter pada titik waktu tertentu, terlepas dari sejarah. Sistem analisis diakronis, di sisi lain, adalah analisis yang mengkaji evaluasi sistem tanda dalam perkembangan sejarah.

 

Ada lima pandangan Saussure yang kemudian menjadi landasan teori strukturalisme Levi-Strauss, yaitu:

 

1) Penanda (Sign), Signified (Significat),

 

2) Bentuk (Form), Inhalt (Konten),

 

3) Bahasa (Language), Parol (Parol, Ucapan),

 

 4) Sinkronis (Sinkronis), Diakronis (Diakronis),

 

 5) sintagmatik (syntagmatic), asosiatif (paradigmatic)

 

 

 

D.Lois Hjlemsleve

 

519286-642bd23da6765569a1751782.jpg
519286-642bd23da6765569a1751782.jpg

Sumber foto | URL: https://www.goodreads.com/author/show/519286.Louis_Hjelmslev

Hjlemsleve adalah salah satu tokoh linguistik yang berperan dalam perkembangan semiotika pasca-Saussure. Hjlemsleve membagi tanda menjadi substansi ekspresi dan substansi isi, dua istilah yang sesuai dengan penanda dan petanda Saussure.

 

Hjlemsleve mengatakan bahwa semiotika denotatif adalah semiotika yang bidangnya bukan semiotika, sedangkan semiotika konotatif adalah semiotika yang bidangnya adalah semiotika. Namun sebenarnya bukan itu saja yang terjadi, karena peristiwa ini disebut "metasemiotik".

 

 

 

E.Roman Jacobson

roman-jakobson-idoso-642bd25ca67655629b1223e3.jpg
roman-jakobson-idoso-642bd25ca67655629b1223e3.jpg

Sumber foto| URL: https://en.wikipedia.org/wiki/Roman_Jakobson

 

 Analisis bahasa Jakobson mengambil ide dari Saussure, yang menyatakan bahwa bahasa, atau struktur bahasa, adalah berbeda. Menurut Jakobson, bahasa memiliki enam jenis fungsi, yaitu 1) fungsi referensial, 2) fungsi emosional mengungkapkan keadaan penutur, 3) fungsi konatif mengungkapkan keinginan penutur, langsung atau segera disadari atau dipikirkan oleh penutur. pendengar, 4) fungsi metalinguistik, penjelasan dari sandi atau kode yang digunakan, 5) fungsi fatik, membuka, membangun, menjaga hubungan atau kontak antara pembicara dan pendengar, 6) fungsi puisi, menyandikan pesan. Ia juga berpendapat bahwa fungsi utama bunyi dalam bahasa adalah untuk memungkinkan manusia membedakan satuan semantik, satuan makna, dan hal ini dilakukan dengan mengetahui sifat-sifat ciri bunyi yang membedakannya dengan sifat bunyi lainnya. S

 

 

 

daftar Pustaka

 

sejarah semiotika | URL : https://www.alfizzam.com/2012/07/sejarah-semiotika-history-of-semiotics.html

 

definisi semiotika | URL : https://id.wikipedia.org/wiki/Semiotika

 

definisi semiotika | URL : https://www.gramedia.com/literasi/semotika/#Pengertian_Semiotika

 

teori semiotika | URL : https://www.gramedia.com/literasi/semotika/#Pengertian_Semiotika

 

jenis karakter semiotika | URL : http://eprints.unisnu.ac.id/id/eprint/2013/3/131510000129_BAB%20II.pdf

 

system semiotika | URL : http://eprints.unisnu.ac.id/id/eprint/2013/3/131510000129_BAB%20II.pdf

 

system semiotika | URL : https://bahan--ajar-esaunggul-ac-id.webpkgcache.com/doc/-/s/bahan-ajar.esaunggul.ac.id/mko101/wp-content/uploads/sites/1945/2020/01/Teori-Komunikasi-11.pptx

 

pendapat para toko| URL : https://www.gramedia.com/literasi/semotika/#Tokoh-Tokoh_Dalam_Semiotika

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun