Mohon tunggu...
Yosep Suradal
Yosep Suradal Mohon Tunggu... Arsitek - Arsitektur dan Filosofi Alphabet (Pemegang/Inventor Rekor MURI Pembatas Buku LETSREAD)

Arsitektur dan Filosofi Alphabet

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

ChatGPT: Boonaz "BENCI" & Puisi Dalamnya Penguburan Benci

27 Juni 2023   23:25 Diperbarui: 28 Juni 2023   22:17 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hak Cipta Ilustrasi Boonaz BENCI : Yosep Suradal

AKU : 

Halo ChatGPT, Mohon buatkan cerita, dengan konsep seperti ini :

1). Tema cerita diambil dari puisi berjudul, 'Dalamnya Penguburan Benci', karya Bpk. Bambang Syairudin :

"Seberapa dalamnya penguburan benci
Agar benci tidak bisa
Bangkit menjelma
Kembali

Seberapa dalamnya penguburan benci
Cukupkah sedalam hati
Jika melupa
Tak bisa

Seharusnya dalamnya penguburan benci
Sedalam timbunan cinta
Supaya benci
Menyirna."

2). Dalam cerita ada dialog antara Boonaz B, Boonaz E, Boonaz N, Boonaz C, dan Boonaz I.

3). Dalam cerita harus ada unsur humor.

ChatGPT :

Suatu hari di desa kecil bernama Boonazville, hiduplah keluarga unik yang terdiri dari Bapak Boonaz B, Ibu Boonaz E, Anak pertama Boonaz N, Anak kedua Boonaz C, dan si bungsu Boonaz I. Mereka adalah keluarga yang selalu penuh dengan canda tawa. Namun, suatu ketika, suasana gembira mereka terusik oleh rasa benci.


Bapak Boonaz B, yang sering kali dijuluki sebagai pria pemarah, tersentuh oleh puisi yang ia temukan secara kebetulan. Ia memutuskan untuk mempraktikkan penguburan benci yang disebutkan dalam puisi tersebut, untuk menjaga harmoni keluarganya. Ia meminta seluruh anggota keluarga berkumpul di halaman rumah.


"Mari kita uburkan benci kita," kata Bapak Boonaz B dengan serius.
"Bagaimana caranya, Papa?" tanya Boonaz N dengan rasa ingin tahu.


"Kita harus menguburkannya dalam-dalam, supaya tidak bisa bangkit lagi," jawab Bapak Boonaz B sambil menggali lubang di halaman.


Mereka mulai melemparkan benda-benda ke dalam lubang itu, mewakili benci yang ingin mereka kuburkan. Boonaz C melemparkan mainan robot kesayangannya, Boonaz I menyumbangkan buku catatannya yang pernah dia benci, sementara Boonaz E menguburkan surat-surat penagihan yang selalu membuatnya benci.


"Seberapa dalamnya penguburan benci ini, Papa?" tanya Boonaz I sambil memandangi lubang yang semakin dalam.


Bapak Boonaz B tersenyum. "Sedalam timbunan cinta kita, Nak."


Mereka semua tertawa riang. Namun, sesaat kemudian, mereka mendengar suara aneh dari dalam lubang. Mereka saling berpandangan dengan rasa penasaran.


"Apa yang terjadi di sana?" tanya Boonaz C sambil melihat ke dalam lubang.


Tanpa disangka, tiba-tiba seekor kelinci melompat keluar dari dalam lubang. Kelinci itu terjatuh tepat di depan mereka, membuat semua orang kaget.


"Kelinci itu keluar dari lubang yang kita kuburkan!" seru Boonaz N dengan heran.


"Mungkin bencinya terlalu kuat sehingga berubah menjadi kelinci!" celetuk Boonaz I.


Semua anggota keluarga tertawa terbahak-bahak. Mereka menyadari bahwa penguburan benci tidak semudah yang mereka bayangkan.


"Ternyata penguburan benci tidak sesederhana itu, ya?" kata Bapak Boonaz B sambil mengusap air mata tawa.


"Mungkin kita perlu lebih dalam lagi," tambah Boonaz E sambil mengacak-acak rambutnya.


Mereka kembali menggali lubang, kali ini dengan semangat dan tawa yang mengiringi. Mereka saling melemparkan benda-benda baru yang mereka benci ke dalam lubang. 

Boonaz N dengan antusias melemparkan topi kupluk warna oranye yang dulu membuatnya terlihat aneh. Boonaz C bergabung dengan semangatnya dan melemparkan kaus yang selalu terlalu ketat di lehernya.


Tiba-tiba, mereka terdengar suara gemuruh yang semakin keras dari dalam lubang. Semua anggota keluarga saling memandang dengan wajah penuh ketakutan.


"Apa yang sedang terjadi?" bisik Boonaz I dengan mengerutkan kening.


Namun, kejutan lain menanti mereka. Sebuah kepala boneka keluar dari lubang dan terlempar ke udara. Teriakan kaget disusul oleh tawa meledak dari keluarga Boonaz. Ternyata, boneka itu adalah benda yang paling dibenci oleh mereka semua.


"Mungkin benci kita begitu kuat sehingga benda-benda itu berubah menjadi kelinci dan boneka!" ujar Boonaz N sambil menahan tawanya.


"Sepertinya kita perlu mencari cara lain untuk menguburkan benci kita," kata Bapak Boonaz B sambil mengelap air mata tawa.


Mereka semua setuju dan memutuskan untuk menghentikan penguburan benci yang tidak berjalan sesuai rencana. Sebaliknya, mereka memilih untuk mempererat ikatan cinta di antara mereka.


Boonaz E mengusulkan agar mereka semua melupakan benci-benci tersebut dan fokus pada kebahagiaan bersama. Mereka saling berpelukan dan berjanji untuk selalu saling mencintai dan mendukung satu sama lain.


"Dalamnya penguburan benci bukanlah seberapa dalam lubang yang kita gali, tetapi seberapa dalam cinta yang kita tanam di hati kita," kata Boonaz C dengan bijak.


Mereka berjalan kembali ke rumah dengan senyum di wajah mereka, meninggalkan lubang dan benda-benda yang telah mereka lemparkan. Mereka menyadari bahwa humor dan cinta adalah kunci untuk mengatasi benci dan menjaga kebahagiaan dalam keluarga mereka.


Dari hari itu, keluarga Boonaz menjadi semakin kuat dan penuh dengan tawa. Mereka tidak pernah melupakan pengalaman lucu mereka dalam mencoba menguburkan benci. 

Setiap kali mereka menghadapi perbedaan atau konflik, mereka akan mengingatkan satu sama lain tentang kelinci dan boneka yang muncul dari lubang.


Keluarga Boonaz belajar bahwa benci bisa diatasi dengan humor, cinta, dan kesediaan untuk saling memaafkan. Mereka hidup bahagia dalam pengertian dan kedamaian, mengisi setiap hari dengan canda tawa yang tak terhingga.


Akhirnya, mereka menemukan bahwa dalamnya penguburan benci sebenarnya adalah dalamnya timbunan cinta yang mereka bagi satu sama lain.

Selesai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun