Mohon tunggu...
Bonifasius Dwi Vilas
Bonifasius Dwi Vilas Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa STF Driyarkara Jakarta

Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tentang David Hume

29 Mei 2019   08:50 Diperbarui: 29 Mei 2019   09:10 1322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu prinsip-prinsip ilmu alam yang juga bersifat kausalitas dan dirumuskan secara induktif itu tidak pasti. Jadi, air mendidih bukan karena dipanaskan, melainkan air mendidih setelah api dinyalakan.

Pemikiran ini lantas membuat Hume menjadi penganut skeptisisme yang adalah paham yang mengatakan bahwa kita tidak pernah dapat memperoleh pengetahuan yang pasti; pengetahuan kita hanya berupa kemungkinan-kemungkinan. 

Pemikiran Hume ini tidak hanya menyerang ilmu-ilmu alam yang mendasarkan diri pada penyimpulan induktif dan prinsip kausalitas, namun juga menyerang agama dan Tuhan.

Dalam bidang etika, Hume memiliki argumen bahwa rasio manusia bukanlah penentu tindakan manusia. Argumen ini hendak melawan para rasionalis yang berpendapat bahwa kemampuan membedakan yang benar dan yang salah sudah tereksistensi dalam rasio manusia. Manusia, menurutnya, tidak diatur dan dikendalikan oleh akal budinya (reason), melainkan oleh keinginan atau nafsu-nafsunya (passions). 

Jika kita memutuskan untuk menolong orang yang membutuhkan pertolongan, kita melakukannya karena rasa-perasaan kita bukan karena daya nalar kita. Hume juga mengatakan bahwa setiap orang memiliki perasaan simpatik terhadap penderitaan orang lain sehingga setiap orang memiliki kapasitas untuk berbela rasa dengan orang lain.

 


Daftar  Pustaka

Copleston, Frederick. A History Of Philosophy. New York :  Doubleday, 1994

Hume, David. An Enquiry Concerning Human Understanding. ed. Tom L. Oxford :Oxford University Press. 1999.

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun