Ketika Jepang luluh-lantak dibom atom oleh pasukan sekutu. Kaisar Jepang segera mengumpulkan semua bawahan untuk menanyakan jumlah guru yang masih tersisa. Segera kumpulkan guru yang masih hidup dan bangun kembali sekolah. "Kita bangkit kembali," ujar sang kaisar.
Kisah heroik tersebut menyuratkan makna bahwa perubahan suatu bangsa dimulai dengan peran guru. Perubahan hal kecil di tataran komunitas warga bangsa dimulai dengan perubahan paradigma siswa dalam menjalani kehidupan. Pembekalan kecakapan hidup yang menunjang kemajuan suatu bangsa dapat dilakukan oleh guru.
Perkembangan teknologi digital mengubah beragam sendi kehidupan. Bidang pendidikan pun perlu terus adaptif terhadap kemajuan teknologi digital.
Pembelajaran yang partisipatif melibatkan siswa secara aktif. Mereka diajak untuk peka terhadap suatu peristiwa dan memanggil pengetahuan mereka sebelumnya untuk menjawab setiap permasalahan dalam pembelajaran.
Sistem bank transfer sudah menjadi hal yang usang. Sosok guru abad 21 perlu beralihrupa untuk mendesain pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan efektif berbasis teknologi digital. Pola pembelajaran tersebut akan membuat siswa antusias, karena pembelajaran yang mereka alami gembira, berbobot dan menyenangkan.
Pendidikan 4.0:Â Kompetensi GuruÂ
      Kehadiran beragam produk teknologi mengubah lanskap kehidupan manusia. Beragam hal/ pekerjaan yang dahulu tidak pernah terbayangkan hadir kini tiba-tiba menyeruak menembus dinding tiap rumah warga.
      Perkembangan teknologi dipercaya akan menciptakan pekerjaan baru yang belum ada saat ini. Penelitian Dell bersama Institute for the Future (IFTF) mengungkap temuan bahwa 85 persen pekerjaan baru muncul di 2030.
Berdasarkan penelitian tersebut mengupas  fakta, bagaimana teknologi mengubah cara hidup dan kerja masyarakat. Kehadiran beragam aplikasi teknologi juga menyebabkan hilangnya sejumlah pekerjaan. Sisi berbeda, teknologi juga bisa melahirkan jenis pekerjaan baru.
      Teknologi kini semakin mengubah pola hidup manusia sehari-hari. Manusia seperti berlari tunggang-langgang sebab hampir tiap hari/ bulan/ tahun beragam penemuan aplikasi teknologi hadir menerobos beragam sendi kehidupan.
      Tak terkecuali bidang pendidikan. Bidang pendidikan pun perlu beradaptasi dengan laju kecepatan teknologi. Pola pembelajaran perlu diadaptasi agar dapat memaksimalkan platform mengajar.
      Di era teknologi yang semakin dapat menyerupai kecerdasan manusia maka kemampuan pedagogi para pendidik harus terus ditingkatkan. Strategi mengajar guru perlu berinovasi. Ia perlu mengondisikan siswa semakin terampil berpikir lebih kritis, kreatif, dan inovatif.
Ketua Divisi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Smart Learning Center, Prof. Richardus Eko Indrajit mengungkapkan bahwa kemampuan para guru untuk mendidik pada era pembelajaran digital perlu disiapkan dengan memperkuat pengetahuan pedagogi siber (cyber pedagogy) pada guru.
Pedagogi siber mereposisi peran guru. Guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator. Pemanfaatan teknologi digital juga perlu dikuasai oleh guru agar mampu mendesain pembelajaran lebih dan semakin kreatif.
      Peran teknologi digital semakin hari semakin membuat interaksi antar manusia semakin dinamis. Melalui teknologi digital interaksi antara siswa dengan guru menjadi nirbatas.
Kapan pun dan di mana pun dapat terjadi interaksi asalkan jaringan internet lancar. Kini mudah dijumpai siswa yang bertanya kepada guru melalui media sosial tentang suatu tema pembelajaran.
      Fernando Uffie, pengamat pendidikan yang menjabat sebagai Country Manager Extramarks Education Indonesia mengungkapkan bahwa  belajar berbasis teknologi harus bisa menghadirkan sekaligus menguatkan interaksi antara siswa, guru, sekolah, dan orangtua murid. Tidak hanya di dalam sekolah, tapi juga di luar sekolah.
      Perkembangan teknologi digital dalam bidang pendidikan menyebabkan guru perlu terus beradaptasi dengan beragam platform mengajar. Kompetensi guru memanfaatkan teknologi digital sungguh membantu dalam menarik antusias dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam penyampaian suatu materi/ kompetensi dasar, guru dapat beragam video animasi menarik yang tersedia berlimpah di Youtube/ SlideShare/Instagram/ Twitter/ Facebook.
      Penggunaan video animasi membuat siswa antusias dalam menyimak penyampaian materi pembelajaran sehingga mereka lebih cepat paham. Di Youtube dan media sosial berlimpah pula pilihan video simulasi tentang suatu topik.
Pemanfaatan video simulasi penulis gunakan kala menyampaikan pengantar ke kompetensi dasar Menulis Teks Eksplanasi dalam Pelajaran Bahasa Indonesia kelas 8.
Video berbentuk animasi dan simulasi yang menarik secara visual, nyata, menyenangkan, dan aktraktif memudahkan siswa memahami suatu tema pembelajaran. Tujuan pembelajaran cepat tercapai sehingga pembelajaran lebih efisien dan tepat guna.
Di masa Belajar dari Rumah (SFH) guru dapat memanfaatkan media teknologi dengan untuk presentasi dengan Google Hangout/ presentasi interaktif dengan Peardeck, penugasan melalui Google Classroom, prates atau postes dengan Quizizz, dan pemberian tugas proyek dengan pemanfaatan Google Drive.
Pengalaman penulis saat Mengajar dari Rumah menggunakan Google Classroom untuk instruksi penugasan dan memberikan contoh karya. Setelah itu, siswa diminta membuat PH Project Serial Foto (Drama Meme). Kompetensi dasar pada pembelajaran ini adalah Menyajikan Drama melalui Media Meme. Meme adalah media berekspresi dengan menampilkan foto/ serial foto/ animasi tentang suatu tema.
Aplikasi yang penulis sarankan ke siswa untuk membuat meme adalah canva/ meme creator/ tagstagram/ picsart atau pixlr. Hasil akhir siswa menyajikan drama melalui media meme sungguh menarik. Ada yang membahas kebosanan terlalu lama di rumah, kekuatiran akibat pandemi korona/ kegalauan remaja.
Kompetensi Guru di Abad 21
Di abad digital reposisi beragam peran dalam kehidupan perlu dilakukan. Lambat beradaptasi dengan kehadiran teknologi digital sama dengan siap menjadi punah.
      Peran guru sebelum kehadiran internet adalah satu-satunya sumber belajar. Ia serba tahu. Kini posisinya dengan siswa bisa setara. Terkadang peserta didik justru lebih tahu terhadap suatu tema pembelajaran.Â
      Oleh karena itu, guru perlu memahami bahwa proses pembelajaran itu ibarat sebuah bangunan. Guru perlu bertindak sebagai arsitek sehingga setiap langkah dalam proses pembelajaran sudah dipikirkan dengan matang.
Gagal memilih metode yang tepat untuk pembelajaran, maka tujuan tidak tergapai. Ibarat salah memilih bahan bangunan, maka bangunan tidak akan berdiri tegak.
Dahulu relasi guru dengan siswa birokratis. Pola patron -- klien terjadi dalam pembelajaran. Perkembangan teknologi digital yang pesat mengubah cara belajar peserta didik. Siswa kini dapat mengakses sumber belajar dari siapa saja dan di mana saja. Relasi patron -- klien antara guru dengan siswa berubah menjadi mitra atau kolega.
Pada suatu kesempatan sebagai yang sudah lebih dahulu menjadi pembelajar, maka pendidik berperan sebagai pelatih. Mengapa? Prof. Eko mengungkapkan bahwa guru sudah mengalami usia muda dan kini beranjak menuju tua. Sudah makan asam garam kehidupan.
Niscaya kegagalan yang sebelumnya dialami pendidik dalam mengarungi kehidupan dapat disampaikan ke siswa agar mereka tidak salah arah dalam menjalani penziarahan hidup. Mereka belum mengalami usia tua sehingga perlu ada sosok pelatih yang mengarahkan.
Kini siswa dapat belajar di mana saja. Â Pendidik mengubah posisi menjadi fasilitator. Dalam arti, guru memfasilitasi siswa dengan sebanyak mungkin sumber belajar (Maryanto,2011). Guru perlu juga tampil sebagai moderator pembelajaran tanpa terikat ruang fisik dan dibatasi waktu.Â
Selain itu, guru perlu pandai menempatkan diri menjadi teman bagi siswa. Jika guru sudah mampu menjadi bagian dari hidup siswa, maka proses proses pembelajaran akan jadi lebih mudah. Tujuan pendidikan pun lebih cepat tercapai.
Berperan sebagai teman bagi siswa, maka guru membangun kebersamaan ikatan batin. Kedekatan dan kebersamaan dalam ikatan batin memungkinkan pendidik menjadi pendamping pembelajaran (bantuan moral) bagi siswa.
Karakteristik Guru Abad 21
Ragam sendi dalam kehidupan mendadak usang dan perlahan-lahan musnah akibat kehadiran internet. Ada kekhawatiran peran guru dan sekolah akan perlahan sirna dihantam kedahsyatan internet.
Jack Ma dalam WEF (World Economic Forum) di Davos, Swiss, mengungkapkan bahwa , dunia pendidikan mendapat tantangan terbesar. Jika tidak mengubah sistem pendidikan, ia mengingatkan kehidupan manusia dapat menemui masalah di masa depan.
Lebih lanjut Ma memaparkan bahwa jika kita tidak mengubah jalan atau sistem mengajar, maka dalam 30 tahun mendatang masalah akan mendera. Guru perlu mengubur pola mengajar yang usang dan konvensional. Guru juga perlu mengadaptasi karakteristik yang menyesuaikan diri dengan kebutuhan di abad 21.
1. Kompetensi Beradaptasi
Kompetensi ini berkaitan dengan kemampuan guru beradaptasi secara cepat dan tepat dengan segala perkembangan dan perubahan yang terjadi, khususnya teknologi digital dan platform mengajar. Beragam zoominar selama masa pandemi banyak dihelat agar guru adaptif dengan beragam platform mengajar serta metode mengajar yang memadukan kecanggihan teknologi digital. KOCO Schools pun sering mengadakan zoominar supaya guru semakin terampil menggunakan beragam platform mengajar yang berbasiskan teknologi digital.Â
2. Pembelajar Sepanjang Hayat
Terus belajar, berbenah memperbaiki atau meningkatkan kompetensi diri agar mampu menyiapkan siswa terampil dalam penguasaan beragam kecakapan hidup. Belajar sepanjang hayat juga dibutuhkan menghadapi perubahan teknologi digital yang teramat pesat.
- Dalam aspek ini guru dapat membaca buku-buku yang berkaitan dengan mapel yang diampu. Mengikuti zoominar dari KOCO Schools dan bergabung dengan Telegram KOCO Schools bisa menambah wawasan pengetahuan guru yang berkaitan dengan pedagogi dan aplikasi pendidikan.
- Pembentukan komunitas guru oleh KOCO sebagai wadah untuk saling berbagi praktik pengajaran dan saling mendukung satu sama lain dalam rangka meningkatkan kualitas pengajaran.
Berdasarkan hal tersebut, guru wajib menyesuaikan rencana dan metode pembelajarannya agar semakin relevan dengan tuntutan zaman. Dengan demikian siswa sudah dipersiapkan di sekolah untuk siap berkompetisi kelak dalam kehidupan usai menamatkan jenjang pendidikan.Â
3. Pentingnya Berkolaborasi
- Sebagai makhluk sosial sangat baik bagi guru bisa membangun jejaring. Bergabung dalam Telegram KOCO School akan membangun jejaring antar guru dari berbagai daerah. Kelak bisa saja para guru dapat melakukan kolaborasi.
- Dalam setiap zoominar yang KOCO selenggarakan diikuti oleh guru dari berbagai daerah di Indonesia. Pelatihan Kembali Mengajar dari KOCO di bulan Juni lalu diikuti 2000an peserta lebih. Dengan jumlah sebesar ini kelak nanti ada beberapa guru yang membangun jejaring.
- Dari jejaring tersebut kelak guru-guru dapat saling bertukar praktik baik, berkolaborasi membuat buku, dan saling bertukar pengetahuan. Selain itu, para guru berkesempatan luas untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan baru yang sesuai dengan kebutuhan zaman.
Karakter guru di abad 21 mampu bekerja secara kolaboratif dan bisa membimbing siswa untuk berkolaborasi dalam pembelajaran. Berkolaborasi adalah salah satu kecakapan hidup yang cukup penting dikuasai baik oleh guru maupun siswa.
Penutup
      Pandemi masih membatasi ketercapaian target pembelajaran, bahkan sudah ada penelitian dari Harian Kompas tentang learning loss untuk siswa di Indonesia selama masa pandemi. Semoga di situasi pandemi yang masih berlangsung hingga saat  ini guru dapat menjadi fasilitator yang mendorong siswanya dalam proses belajar serta menemukan solusi-solusi secara mandiri.
Selain itu, guru abad 21 juga perlu menekankan pada penalaran dan analisis siswa dalam pembelajaran, bukan semata mengejar ketercapaian kurikulum sebab guru perlu mereposisi diri bukan hanya mengajar atau menyelesaikan ketuntasan materi kurikulum semata. Justru yang sering terlupa guru menjadi among bagi pengembangan individual siswanya.Â
Referensi
Indrajit, Richardus Eko. Webinar Cyber Pedagogy. April 2020.
Maryanto, Herman J.P. 2011. Guruku, Matahariku: Merenungi dan Memaknai Profesi. Jakarta: OBOR.
Penulis Mitra Forum Pelita Pendidikan. 2014. OaseÂ
Pendidikan di Indonesia: Kisah Inspiratif Para Pendidik. Jakarta: Tanoto Foundation dan Raih Asa Sukses (RAS).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H