... demi segaris kuning di cakrawala, Aku rela berkelana ... ~fiersabesari~
Sepasang tangan berbalut kaos putih lengan panjang dengan cekatan memasukkan beberapa pasang pakaian, perbekalan dan peralatan pendakian ke dalam tas gunungnya atau biasa disebut dengan nama tas carrier. Rasa lelah tak dihiraukan oleh gadis manis berhijab itu. Selepas kerja setengah harinya diakhir pekan dia mempersiapkan semua itu untuk pendakian ke Gunung Lawu. Sebuah perjalanan panjang dan cukup melelahkan bagi mereka yang tidak terbiasa bercengkerama dengan alam.
Bagi gadis itu gunung adalah rumah keduanya. Berlantai tanah dan batu-batu kerikil, beratapkan langit, serta berhiaskan bintang dan cahaya meteor di malam hari seakan menjadi peneduh hatinya setelah sekian lama bergelut dengan hiruk-pikuknya kehidupan di kota.
Sejenak dia memandangi tas carriernya. Sebuah boneka koala tergantung dibagian depan. Diraihnya dan dipandanginya dalam-dalam boneka koala itu. Angannya melayang menembus batas ruang dan waktu pada seseorang di negeri seberang. Boneka koala berwarna abu-abu itu seolah telah mengikat hatinya meski belum juga mengikat jari manisnya.
"Semua sudah, tapi aku merasa ada yang kurang ... kamu," katanya dalam hati sambil menempelkan telunjuknya pada hidung boneka koala itu.
"Ada apa dengan bonekamu?" Terdengar suara seorang gadis yang sebenarnya tidak asing bagi telinganya. Tapi rasa rindu itu tetap memaksanya untuk tidak bergeming.
"Desi! Ngelamun aja!" Kembali pemilik suara itu memanggilnya.
Desi ... gadis manis berhijab itu menoleh tanpa sepatah kata pun. Dia hanya tersenyum menatap kedatangan Ratna, teman seperjuangan dalam pengembaraannya di gunung. Terlihat deretan gigi putih di antara kedua bibir tipisnya. Desi kemudian mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Merindu dendam hatinya. Dan hanya kepada gunung dia akan menumpahkan segala rasa itu.
Sejenak Desi terlihat merapikan hijabnya. Sementara Ratna dengan setia menunggu. Dibukanya topi hitam penutup kepala gadis yang baru saja datang itu. Dan terurailah helaian rambut hitam panjang sepunggung. Titik-titik peluh terlihat di kedua kening dan dahi Ratna.
"Hmm ... panas sekali hari ini," katanya sambil meneguk air dari botol minuman yang tadi dia selipkan di samping tas carriernya. Kini botol minuman itu tinggal berisi air sepertiganya saja.
"Isi lagi botolnya ..." kata Desi sambil memakai sepasang sepatu eigernya.