Kompas pada Kamis, 21 Mei 1998 melansir, seruan tersebut dilakukan Sultan di hadapan sekitar sejuta penduduk Yogyakarta di Pagelaran Keraton, Yogyakarta. "Kembali pada semangat kejuangan Yogyakarta yang dijiwai asas kerakyatan dan laku prasaja (berlaku sederhana)," tutur Sultan.
Sultan HB X rupanya hingga kini konsisten menjaga rasa cinta pada bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia. Meskipun kiprahnya di pentas politik nasional tak begitu terdengar akhir-akhir ini, Sultan HB X sejatinya tetap berperan penting dalam kancah politik Indonesia.
Makna Lagu Indonesia Raya kini
Tak dapat disangkal, akhir-akhir ini bangsa Indonesia menghadapi banyak sekali ujian terhadap cinta tanah air. Di kancah politik nasional, politisasi agama di sana-sini mencuat.Â
Sejumlah kandidat mencoba merebut simpati warga dengan kampanye berbasis sentimen keagamaan alih-alih program kerja yang brilian. Rakyat sebagai pemegang hak pilih dipermainkan oleh intrik politik berbau sentimen SARA.
Warganet beradu di media sosial karena perbedaan pilihan politik dan pandangan politik internasional, khususnya berkaitan dengan konflik Palestina-Israel.Â
Di sejumlah daerah, terorisme dan gerakan separatisme masih merebak. Bahkan para teroris dan separatis menggunakan media massa untuk menggaet generasi muda untuk mengikuti jejak mereka.
Di dalam tubuh abdi negara, termasuk TNI dan Polri, disinyalir ada pula oknum-oknum yang tidak berjiwa nasionalis. Hal serupa terjadi di lingkup pendidikan. Sejumlah dosen dan mahasiswa disinyalir terindikasi tak berjiwa cinta tanah air.
Penelitian Badan Intelijen Negara (BIN) pada 2017 mencatat sekitar 39 persen mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi terpapar radikalisme. Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika mulai luntur maknanya di hati sejumlah insan pendidikan.Â
Menyadari gejala ini, kita sangat perlu menumbuhkan kembali rasa cinta tanah air. Salah satunya dengan menyanyikan dan memperdengarkan lagu kebangsaan nasional di ruang publik kita.
Penelitian ilmiah tentang dampak lagu kebangsaan nasional