Saat ini baru 12 tim yang resmi menyatakan diri sebagai tim-tim pendiri. Artinya mungkin masih ada tiga tim lain yang akan melengkapi 15 tim pendiri. Tim mana saja? Suatu misteri. ESL ini bisa dimulai Agustus 2021 jika semua "sesuai rencana"!
Inilah tiga inti kontroversi European Super League (ESL) atau Liga Super Eropa yang akhir-akhir ini ramai dikecam:
Pertama, merusak tatanan kompetisi sepak bola berdasarkan prestasi
Menurut rencana, European Super League akan diikuti 15 klub pendiri ditambah 5 klub lolos kualifikasi. Artinya kompetisi ini melanggengkan 15 klub pendiri yang tidak bisa turun ke divisi bawah.Â
Olahraga pada intinya adalah pembuktian prestasi atlet dan perangkat tim. Dalam Olimpiade, ada semboyan  "Citius, Altius, Fortius". Ungkapan dari dalam bahasa Latin ini bermakna "Lebih cepat, Lebih tinggi, Lebih kuat"Â
European Super League merusak tatanan kompetisi olahraga yang didasarkan pada prestasi.
Lima belas klub tinggal duduk santai tiap tahun dan menikmati uang sponsor tanpa takut degradasi. Ini tidak adil, terutama bagi tim-tim di luar 15 tim pendiri yang harus bekerja keras untuk bisa masuk kompetisi (nyaris) eksklusif ini.
Kedua, memutuskan hubungan sejarah dan emosional dengan suporter
Ternyata keputusan 12 tim pendiri untuk membuat European Super League ini diambil sepihak oleh para pemilik dan pengurus 12 tim pendiri. Suara suporter setia tidak didengarkan.
Karena itu, menurut BBC, enam kelompok suporter tim-tim Inggris menolak keras rencana European Super League ini. Padahal, klub menjadi besar karena dukungan suporter.
Ini adalah dampak dari kepemilikan klub-klub yang kini beralih ke investor luar negeri. Tim-tim besar Eropa kini sebagian besar dimiliki investor asing. MU di Liga Inggris, misalnya, dimiliki investor AS.