Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tiga Kontroversi European Super League dan Dampaknya bagi Indonesia dan Dunia

20 April 2021   06:34 Diperbarui: 21 April 2021   13:46 1204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
European Super League - tangkap layar thesuperleague.it

Saat ini baru 12 tim yang resmi menyatakan diri sebagai tim-tim pendiri. Artinya mungkin masih ada tiga tim lain yang akan melengkapi 15 tim pendiri. Tim mana saja? Suatu misteri. ESL ini bisa dimulai Agustus 2021 jika semua "sesuai rencana"!

Inilah tiga inti kontroversi European Super League (ESL) atau Liga Super Eropa yang akhir-akhir ini ramai dikecam:

Pertama, merusak tatanan kompetisi sepak bola berdasarkan prestasi

Menurut rencana, European Super League akan diikuti 15 klub pendiri ditambah 5 klub lolos kualifikasi. Artinya kompetisi ini melanggengkan 15 klub pendiri yang tidak bisa turun ke divisi bawah. 

Olahraga pada intinya adalah pembuktian prestasi atlet dan perangkat tim. Dalam Olimpiade, ada semboyan  "Citius, Altius, Fortius". Ungkapan dari dalam bahasa Latin ini bermakna "Lebih cepat, Lebih tinggi, Lebih kuat" 

European Super League merusak tatanan kompetisi olahraga yang didasarkan pada prestasi.

Lima belas klub tinggal duduk santai tiap tahun dan menikmati uang sponsor tanpa takut degradasi. Ini tidak adil, terutama bagi tim-tim di luar 15 tim pendiri yang harus bekerja keras untuk bisa masuk kompetisi (nyaris) eksklusif ini.

Kedua, memutuskan hubungan sejarah dan emosional dengan suporter

Ternyata keputusan 12 tim pendiri untuk membuat European Super League ini diambil sepihak oleh para pemilik dan pengurus 12 tim pendiri. Suara suporter setia tidak didengarkan.

Karena itu, menurut BBC, enam kelompok suporter tim-tim Inggris menolak keras rencana European Super League ini. Padahal, klub menjadi besar karena dukungan suporter.

Ini adalah dampak dari kepemilikan klub-klub yang kini beralih ke investor luar negeri. Tim-tim besar Eropa kini sebagian besar dimiliki investor asing. MU di Liga Inggris, misalnya, dimiliki investor AS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun